ASUHAN KEPERAWATAN REPRODUKSI
(KLIEN DENGAN KELAINAN LETAK JANIN)

 



  



Angkatan 2013 

DEWI FATHUR ROSYIDA /131311133110
 





FAKULTAS  KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015















Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan batang berada di bagian bawah kavum uteri. Kejadian letak sungsang berkisar antara 2% sampai 3% bervariasi di berbagai tempat. Sekalipun kejadiannya kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20% sampai 30% (Winkjosastro,1999)
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Pertolongan persalinan letak sungsang melalui jalan vaginal memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan kematian bayi. Memperhatikan komplikasi pertolongan persalinan letak sungsang melalui jalan vaginal, maka sebagian besar pertolongan persalinan letak sungsang dilakukan dengan sectio caesaria. Adapun factor – factor yang menyebabkan persalinan section Caesar menurut Caterini ( 2007 ) di antaranya usia ibu, letak sungsang, letak lintang, plasenta previa, gawat janin dan lain-lain. Selain factor di atas ( factor medis ) terdapat pula factor lain yaitu akses terhadap pelayanan kesehatan, dan faktor – faktor yang tidak diketahui atau diperkirakan, sehingga dapat meningkatkan persalinan dengan section Caesar. Bedah Caesar merupakan pembedahan ( melahirkan janin ) dengan membuka dinding abdomen dan uterus serta prosedur untuk menyelamatkan kehidupan. Operasi ini memberikan jalan keluar bagi kebanyakan kesulitan yang timbul bila persalinan pervaginaan yang tidak memungkinkan atau berbahaya ( Winkjosastro, H, 2005)
Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi bokong sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal pada persalinan presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokong banyak dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat persalinan dengan tindakan-tindakan untuk mengatasi macetnya persalinan (I gede bagus 2010).
Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang memiliki risiko. Hal ini dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu. Frekuensi dari letak sungsang ditemukan kira-kira 4,4 % di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan dan 4,6 % di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak presentasi bokong, diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka kejadian presentasi bokong jika dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak adalah pada ibu dengan multigravida dibanding pada primigravida, sedangkan jika dihubungkan dengan panggul ibu maka angka kejadian presentasi bokong terbanyak adalah pada panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin yang tidak baik pada Pintu Atas Panggul (adam syaifuddin, 2010).
Kemudian begitu halnya dengan letak lintang, letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan (distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir (Jhon smeeth, 2009).
Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi. Pemeriksaan USG juga bermanfaat dalam menegakkan adanya plasenta previa. Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak lintang antara lain: RSUP Dr. Pirngadi, Medan 0,6%; RS Hasan sadikin, Bandung 1,9%; RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1% dari 12827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3% dan Holland 0,5 – 0,6% (adam syaifuddin, 2010).
Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang di samping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin (Jhon smeeth, 2009)
1.1.1        Apakah definisi Kelainan letak?
1.1.2        Bagaimana klasifikasi Kelainan letak?
1.1.3        Apa saja etiologi Kelainan letak?
1.1.4        Apa saja manifestasi klinis Kelainan letak?
1.1.5        Bagaimana patofisiologi Kelainan letak?
1.1.6        Bagaimana pemeriksaan diagnostik untuk klien Kelainan letak?
1.1.7        Bagaimana penatalaksanaan klien Kelainan letak?
1.1.8        Apa saja komplikasi dari Kelainan letak?
1.1.9        Bagaimana prognosis dari Kelainan letak?
1.1.10    Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Kelainan letak?

1.1.11    Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan mengimplementasikan asuhan keperawatan klien dengan Kelainan letak.
1.1.12    Tujuan Khusus
1.3.2.1              Mahasiswa memahami definisi Kelainan letak
1.3.2.2              Mahasiswa memahami klasifikasi Kelainan letak
1.3.2.3              Mahasiswa memahami etiologi Kelainan letak
1.3.2.4              Mahasiswa memahami manifestasi klinis Kelainan letak
1.3.2.5              Mahasiswa memahami patofisiologi Kelainan letak
1.3.2.6              Mahasiswa memahami pemeriksaan diagnostik Kelainan letak
1.3.2.7              Mahasiswa memahami penatalaksanaan klien dengan Kelainan letak
1.3.2.8              Mahasiswa memahami komplikasi dari Kelainan letak
1.3.2.9              Mahasiswa memahami prognosis klien dengan Kelainan letak
1.3.2.10          Mahasiswa memahami asuhan keperawatan klien dengan Kelainan letak
1.1.13    Bagi masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai penyakit keganasan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita, khususnya keganasan pada kelainan letak
1.1.14    Bagi tenaga kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus kelainan letak
1.1.15    Bagi penulis
Penulis berharap dapat menambah wawasan pada pasien dengan kasus kelaianan letak

Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah
Letak sungsang dibagi sebagai berikut:
1.      Letak bokong murni; presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris “Frank breech”. Bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus ke atas.
2.      Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) di samping bokong teraba kaki dalam bahasa Inggris “Complete breech”. Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna kalau di samping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
3.      Letak lutut (presentasi lutut)
4.      Letak kaki (presentasi kaki)
Dalam bahasa Inggris letak lutut dan letak kaki disebut “Incomplete breech”. Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut sempurna dan letak kaki atau lutut tidak sempurna.
Letak Lintang adalah Keadaan bayi melintang rahim, dengan kepala pada sisi yang satu dan bokong berada pada sisi yang lain. Pada letak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah, maka juga disebut  presentasi bahu atau presentasi acromion. Kalau punggung terdapat sebelah depan disebut dorsoanterior dan kalau di belakang disebut dorsoposterior.
1.      Prematuritas karena bentuk rahim  relative  kurang lonjong, air tuban masih banyak dan kepala anak relatif besar.
2.      Hydramnion karena anak mudah bergerak.
3.      Placenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam PAP.
4.      Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bicornis.
5.      Panggul sempit
6.      Kelainan bentuk kepala: hydrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan
bentuk PAP.
7.      Kehamilan kembar
1.      Pergerakan anak terasa oleh ibu di bagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2.      Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3.      Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.
4.      Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
2.4   Patofisiologi
A.    Letak sungsang
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan trimester III janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.
B.     Letak lintang
Menurut Mochtar (1998) anak normal dan cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan dalam letak lintang. Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil atau premature, sudah mati dan menjadi lembek atau panggul luas. Pada cara Denman bahu tertahan pada simpisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir, kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.
Pada cara Douglas bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjunya disusul oleh lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin (Wiknjosastro, 2006 : 625).
A.    Letak sungsang
1.      Palpasi             : Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong ,dan
punggung dikiri atau kanan.
2.      Auskultasi       : DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi
dari pusat.
3.      Pemeriksaan dalam : Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus,
kadang – kadang kaki (pada letak kaki).
4.      Pemeriksaan foto rontgen : bayangan kepala di fundus.

B.     Letak lintang
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian keras dan bulat, yaitu kepala, dan kepala teraba di fundus. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam.
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping bokong (Wiknjosastro, 2006 : 611).
1.      Penanganan selama kehamilan.
Versi kepala luar dapat dicoba bila presentasi sungsang didiagnosis sebelum permulaan persalinan dan setelah 37 minggu kehamilan. Tujuan dari usaha ini adalah mengangkat sungsang keluar dari pelvis ibu sementara memandu kepala janin ke dalam pelvis, dengan demikian presentasi kepala dicapai (Hacker, 2001 : 255).
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut janin harus dalam keadaan baik. Selam versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil denyut jantung janin harus selalu diawasi. Sesudah janin berada dalam keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke dalam rongga panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan ringan tanpa mengadakan paksaan. Versi luar tidak akan berhasil jika versi luar dilakukan apabila air ketuban hanya sedikit. Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar adalah panggul sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa (Wiknjosastro, 2006 : 615).
Menurut Mochtar (1998) syarat versi luar yaitu pembukaan kurang dari 5 cm, ketuban masih ada, bokong belum turun atau masuk pintu atas panggul. Teknik versi luar yaitu:
a.       Lebih dahulu bokong lepaskan dari pintu atas panggul dan ibu dalam posisi trendelenburg.
b.      Tangan kiri letakkan di kepala dan tangan kanan pada bokong.
c.       Putar kearah muka atau perut janin.
d.      Lalu tukar tangan kiri diletakkan di bokong dan tangan kanan di kepala.
e.       Setelah berhasil pasang gurita, dan observasi td, djj serta keluhan.
2.      Penanganan selama persalinan.
a.       Kelahiran Pervaginam.
Penanganan sewaktu melahirkan pada presentasi sungsang bergantung pada pelvis ibu, jenis sungsang, dan umur gestasi (Hacker, 2001 : 256).
Menurut Mochtar (1998) terdiri dari partus spontan atau pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan seluruhnya dan manual aid. Waktu memimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase yaitu :
·         Fase menunngu dimana sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit ke atas, persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan ekspresi Kristeller, karena hal ini akan memudahkan terjadinya nurchae arm.
·         Fase untuk bertindak cepat yaitu bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit. Untuk mempercepat lahirnya janin dapat dilakukan manual aid.
b.      Seksio sesarea
Menurut Hacker (2001) sungsang prematur biasanya dilahirkan dengan seksio sesarea karena perbedaan yang besar antara ukuran kepala janin dan badan janin, dimana kepala jauh lebih besar. Pada sungsang tidak lengkap yang cukup bulan, kelahiran harus dicapai dengan seksio sesarea.
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam pnggul, atau plasenta previa, sebab dapat membahayakan janin meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan menggunakan korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin.
Pada seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio sesarea. Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung pada beberapa faktor. Apabila riwayat obstetric wanita yang bersangkutan baik, tidak didapatkan kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstrasi. Selama menunggu ketuban harus diusahakan supayua utuh dan melarang untuk meneran dan bangun.
Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolaps funikuli, harus dilakukan seksio sesarea. Dan apabila ketuban pecah, tetapi tidak terjadi prolaps funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstrasi atau dengan seksio sesarea. Pada letak lintang ksep atau persalinan lama, versi ekstrasi akan mengakibatkan rupture uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin mati dilahirkan secara pervaginam dengan dekapitasi (Wiknjosastro, 2006 : 627).
Letak sungsang
1.      Pada letak sungsang yang persisten, dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
a.       Peningkatan morbiditas dan mortalitas perinatal selama proses persalinan
b.      Berat bayi lahir rendah (BBLR) pada persalinan preterm, pertumbuhan terhambat / keduanya
c.       Prolapsus tali pusat
d.      Plasenta previa
e.       Kelainan pada janin
f.       Kelainan uterus dan tumor pelvis
A.    Letak sungsang
1.      Komplikasi ibu
a.       Perdarahan
b.      Trauma jalan lahir
c.       Infeksi
2.      Komplikasi anak
a.       Sufokasi / aspirasi : Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan terjadinya aspirasi.
b.      Asfiksia : Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya tali pusat pada fase cepat
c.       Trauma intrakranial: Terjadi sebagai akibat : Panggul sempit, dilatasi servik belum maksimal (after coming head), persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)
d.      Fraktura / dislokasi: Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif
1.      Fraktura tulang kepala
2.      Fraktura humerus
3.      Fraktura klavikula
4.      Fraktura femur
5.      Dislokasi bahu
6.      Paralisa nervus brachialis yang menyebabkan paralisa lengan terjadi akibat tekanan pada pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan traksi dan juga akibat regangan pada leher saat membebaskan lengan.
B.     Letak lintang
Letak lintang merupakan keadaan malpresentasi yang paling berat dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada ibu dan janin. Komplikasi akan bertambah berat jika kasus letak lintang telambat didiagnosa. Pada ibu, dapat terjadi dehidrasi, pireksia, sepsis, perdarahan antepartum, perdarahan pos partum, ruptur uteri, kerusakan organ abdominal hingga kematian ibu. Pada janin, dapat terjadi prematuritas, bayi lahir dengan apgar skor yang rendah, prolapsus umbilikus, maserasi, asfiksia hingga kematian janin.
A.    Letak sungsang
Morbiditas dan mortalitas persalinan letak sungsang lebih berat dibandingkan letak kepala. Ini disebabkan oleh hal-hal berikut:
1.      Bagian yang paling besar dengan persendian leher justru lahir paling belakang.
2.      Terdapat tiga komponen persalinan letak sungsang dan masing-masing dapat menimbulkan komplikasi:
a.       Persalinan bokong
b.      Persalinan bahu dengan lengan
c.       Persalinan leher dengan volume yang kecil menyebabkan terjadi kembali pembukaan serviks   semakin kecil dan dapat menyebabkan kepala bayi terangkap
d.      Kelambatan persalinan kepala bayi akan menimbulkan asfiksia karena tali pusat tertekan sehingga aliran darah menuju bayi mengalami penurunan dan kekurangan nutrisi serta oksigen
e.       Dipaksa melahirkan kepala bayi yang hanya mempunyai waktu terbatas sekitar 5-10 menit dapat menimbulkan trauma pada:
1.        Persendian leher
2.        Trauma langsung pada kepala
a.         Edema serebri
b.        Robekan tentorium serebri
c.         Kerusakan pusat vital pada medula oblongata
3.        Setelah lahir masih mungkin terjadi sisa pos trauma, yang dapat menimbulkan gangguan mental dan intelegensi.
B.     Letak lintang

Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang, misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa, masih tetap dapat menimbulkan kelainan pada persalinan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu dan janin pada letak lintang, disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk mengeluarkan janin.

Janin hidup tetapi fungsi paru immatur
Janin mati
Kepala di fundus uteri dan bokong di bawah kavum uteri
Malpresentasi
Faktor predisposisi: grandemultipara, plasenta previa, distosia jaringan lunak, fundus uteri lebih rendah dari umur kehamilannya, uterus yang pendek, umur kehamilan
Perkiraan umur kehamilan dengan perriksa keadaan janin
Kutub janin di fosa iliaka terpalpasi dan teridentifikasi adanya ekstremitas
Tidak adanya bagian terbawah janin dalam panggul
Letak Lintang
Malpresentasi

Letak Sungsang
Kelainan Letak
MK: Resiko tinggi cidera (janin)
MK: Ansietas
Kurang pengetahuan
Janin hidup aterm atau preterm
WOC ( Web Of Caution)





















Singkirkan adanya kontraindikasi
Pertimbangan versi luar
Monitoring janin (USG)
MK: Nyeri akut
Persalinan pervaginam
MK: Resiko Infeksi (IBU)
Bedah caesar
Tokolitik berhasil
Tokolitik gagal
Pertimbangan kemugkinan dilakukan persalinan pervaginam
Upayakan menghentikan persalinan prematur
Versi luar berhasil
Versi luar gagal



A.    Data Demografi
Nama : Ditanyakan nama penderita dan suaminya agar tidak keliru bila ada kesamaan dengan penderita lain. (Ibrahim, 1971 : 84).
Umur : Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. (Hanifa, 1999:23) Semua usia subur20-30 tahun saat yang tepat untuk persalinan dengan jarak kelahiran lebih dari 2 tahun merupakan masa reproduksi yang sehat. (Sastrowinata, 1983 : 154). Usia 35 tahun atau lebih dinamakan primigravida tua jaringan otot sudah kurang clastis dan kaku sehingga sukar diregangkan, kemungkinan besar persalinan akan berlangsung kurang lancar. (DepkesRi, 1997 : 54)
Agama : Perlu ditanyakan agar bila timbul keadaan gawat darurat dapat segera diketahui siapa yang perlu dihubungi. (DepkesRI,1977:54)
Pendidikan : Makin rendah pendidikan ibu, kematian bayi makin tinggi sehingga perlu diberi penyuluhan. (Depkes Rl, 1993 : 30).
Pekerjaan : Pekerjaan suami dan ibu sendiri untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasihat kita sesuai, juga mengetahui apakah pekerjaan mengganggu tidak, misal : bekerja di pabrik rokok, mungkin zat yang terhisap akan berpengaruh pada janin. (Ibrahim, 1971 : 85).
Perkawinan : Ditanya berapa kali kawin dan berapa lamanya untuk membantu menentukan bagaimana keadaan alat kelamin dalam ibu, missal : pada ibu yang telah lama sekali kawin dan baru mempunyai anak kemungkinan ada kelainan pada alat kelamin dalamnya. (Ibrahim, 1971 : 85).  Tidak menikah sah dan ibu bercerai dapat mempengaruhi psikologis ibu sehingga mempengaruhi juga proses persalinan. (Ibrahim, 1996 : 28).
Alamat : Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila ada ibu yang namanya sama. Agar dapat dipastikan ibu yang mana yang hendak ditolong untuk kunjungan penderita.  (Ibrahim, 1971 : 84).
B.     Keluhan utama :
Pada ibu inpartu didapatkan tanda dan gejala :
1.      Pinggang terasa sakit menjalar kedepan, sifatnya teratur, interval semakin pendek dan kekuatannya semakin besar. Nyeri semakin hebat bila untuk aktifitas (jalan) dan tidak berkurang bila dibuat tidur, intensitas nyeri tergantung keadaan klien.
2.      Mengeluarkan lender dan darah.
Pungeluaran cairan yang sebagian besar ketubun pecah atau menjelang pembukaan lengkap. (Manuaba, 1998 : 165)
C.    Riwayat Kesehatan :
a.    Riwayat Kesehatan dahulu :
1.      Keadaan kesehatan ibu dengan penyakit seperti jantung, DM, hipertensi, penyakit ginjal, GO, akan mempengaruhi masa gangguan dan persalinan ibu.
2.      Pada klien yang menderita Dm akan menambah kebutuhan insulin sebagai kompentensi dari tubuh untuk memenuhi kebutuhan glukosa untuk energi yang meningkat. Penyakit DM dapat menyebabkan resiko bayi besar.
3.      Pada klien hipertensi dimana terjadi peningkatan beban kerja jantung akibat penyempitan pembuluh darah akan semakin meningkat sehubungan dengan kebutuhan tubuh untuk memenuhi O2.
4.      GO atau penyakit kelamin yang lain akan menjadi factor resiko bagi janin yaitu penularan infeksi secara langsung dari jalan lahir.
5.      Penyakit jantung tingkat IV dapat menyebabkan dekompensasi cordis dan setelah kelahiran bayi. (Sarwono, 1999 : 434)
b.   Riwayat Kesehatan Sekarang :
1.      Bila saat hamil menderita TBC, kemungkinan ibu tidak kuat untuk mengejan dan berakibat persalinan lama.
2.      Ibu dengan DM, kemungkinan sulit karena bayi besar.
3.      Ibu dengan penyakit jantung dilarang mengejan karena akan memperberat penyakitnya. (Sarwono, 1999 : 520)
c.    Riwayat Kesehatan Keluarga :
Riwayat keturunan kembar kemungkinan besar akan menurun pada anggota keluarga yang lain. Riwayat penyakit keluarga seperti DM, Hipertensi dan darah sukar membeku dapat menurun sehingga potensial ibu hamil mederita penyakit yang sama dan berakibat persalinan yang beresiko. (Sarwono, 1999 : 387)
d.   Riwayat Kebidanan (Haid)
1.         Menarche pada waktu pubertas 10-16 tahun, haid teratur, siklus 28-30 hari, lama 5-6 hari, jumlah darah 50-70 cc, sifat darah tidak membeku. (Sarwono, 1999: 103-104)
2.         Selama haid tidak ditemukan keluhan pusing-pusing, pingsan ataupun tanda-tanda anemia yang lain serta jumlah perdarahan yang berlebihan hingga ada stosel, untuk mengidentifikasi adanya resiko perdarahan selama persalinan. (Hamilton, 1999 )
3.         Perlu diketahui HPHT untuk membantu menentukan usia kehamilan dan tafsiran persalinan. (Hanifa W, 1999 : 125).
4.         Kehamilan yang lalu.
Kehamilan terdahulu merupakan informasi yang penting karena kondisi yang terdahulu dapat terulang lagi. Misal perdarahan hipertensi, partus preterm, dsb. (DepkesRJ, 1993 : 30)
Apabila sejak hamil sampai melahirkan ibu mengalami penyakit seperti adanya jantung, paru-paru, hipertensi, ginjal dan lain-lain, maka dalam kehamilan ini bidan harus melakukan konsultasi dengan dokter atau rujukan. Dan yang jelas dapat mempengaruhi proses persalinan. Selain itu perlu diketahui usia kehamilan terdahulu seperti melahirkan. (Manuaba, 1998:287-292)
5.         Persalinan yang lalu.
Persalinan yang lalu bila tidak ada penyakit diharapkan persalinan kali ini juga tidak mengalami kesulitan. Kelahiran dengan SC kemungkinan terjadi rupture uteri kira-kira 1% sehingga dianjurkan untuk melaksanakan persalinan di RS. Perlu dituliskan demam pada persalinan atau nifas untuk memberikan penyuluhan sehingga tidak terulang kembali. (DepkesRI, 1993:31-32). Ibu dengan riwayat persalinan SC karena panggul sempit kemungkinan persalinan kali ini dengan SC juga. Begitu juga apabila pada riwayat terdahulu mengalami pardarahan dan bayi besar maka untuk persalinan kali ini harus diwaspadai akan terulang. (Sarwono, 2001 : 206)
e.    Riwayat Nifas.
Pengeluaran lochea rubra sampai hari ke 3 yang berwarna merah, lochea serosa hari ke 4 sampai 9 berwarna Icbih pucat dan kecoklatan, serta lochea alba dari hari 10-15 berwarna putih kekuningan. Ibu dengan riwayat pengeluaran lochea parulentha, lochea statica, infeksi intra uteri, rasa nyeri berlebihan memerlukan pengawasan khusus. Dan ibu meneteki kurang dari 2 tahun, adanya bendungan ASI sampai terjadinya abses pada payudara harus dilakukan observasi yang ketat. (Manuaba, 1998: 193)
f.    Riwayat Kehamilan Sekarang.
Ibu hamil periksa mulai ia terlambat haid, pada trimester biasanya mengalami mual, muntah tetapi menghilang setelah trimester II. Setiap wanita hamil mengalami resiko komplikasi yang bias mengancam jiwanya, oleh karena itu diharapkan minimal 4 kali kunjungan antenatal, yaitu 1 kali pada trimester I, I kali trimester II, 2 kali trimester III, merasakan pergerakan anak biasanya pada usia 5 bulan, imunisasi TT 2 kali selang 1 bulan, serta mendapatkan tabel Fe minimal 90 buah, kapsul yodium 1 kali dan melaksanakan perawatan payudara. (Manuaba, 1998 : 129-131).
g.   Pola Kebiasaan Sehari-hari.
1.      Nutrisi.
Pada kala pembukaan adalah waktu untuk menyiapkan ibu menghadapi persalinan-persalinan diusahakan agar ibu dapat memasukkan makanan ke dalam tubuhnya agar ada zat bakar untuk pembentukan energi, makanan adalah yang mudah dicerna agar tidak memberatkan pekerjaan pencernaan. Kadang-kadang karena perasaan sakit ibu enggan makan. Dalam hal ini perlu dijelaskan makanan tersebut.
Cairan dianjurkan, ibu minum cairan yang mengandung nutrisi atau air biasa selama proses persalinan karena cairan akan membuat tenaga dan mencegah ibu dari dehidrasi yang dapat mempengaruhi keadaan his. (Depkes RI, 2000 : 18)
2.      Eliminasi.
Menjelang persalinan frekuensi meningkat (BAK ) karena bagian terendah janin menekan kandung kemih. (HanifaW, 1999 : 97)
BAB bila mungkin anjurkan ibu untuk BAB sebelum persalinan kala II jangan memberikan klimas bila kepala janin belum engaget, karena saat ibu mengejan untuk mengosongkan rectum, selaput ketuban dapat pecah dengan resiko terjadinya tali pusat menumbung.
Ibu proses persalinan harus kemih 2 jam / lebih sering, bila kandung kemih penuh akan menghambat penurunan kepala dan akan membuat ibu merasa tidak nyaman. (Djoko Waspodo, 2000 : 33)
3.      Istirahat dan tidur.
Menjelang persalinan istirahat / tidur yang dianjurkan adalah posisi miring ke kiri, karena dengan posisi tidur miring ke kiri akan memperlancar peredaran darah ke vena cava inferior. (Hamilton, 1995:83)
Istirahat dan tidur diperlukan bagi ibu yang akan bersalin, tidur dan istirahat dilakukan apabila persalinan masih agak jauh. Bila persalinan dekat tentti tidak mungkin dapat istirahat karena rasa nyeri lebih kuat. (Ibrahim, 1993:46)
4.      Personal Hygiene.
Infeksi yang dapat terjadi selama proses persalinan akan dapat menyebabkan kematian atau penyakit pada ibu maupun janin. Ibu hamil harus selalu mandi dan menggunakan baju yang bersih selama persalinan. Penolong persalinan harus mencuci kedua tangannya sesering mungkin dan menggunakan alat-alat steril atu DTT. Alasan pencegahan infeksi amat penting bagi ibu, janin, maupun penolong persalinan. (Djoko Waspodo, 2000 : 2-12)
5.      Aktifitas.
Bila his jarang bagian terdepan belum masuk PAP, kantung ketuban masih ada maka diperbolehkan berjalan agar his bertambah kuat dan sering sehingga mendesak turunnya kepala ke PAP. Apabila his jarang presentasi belum masuk PAP, kantong ketuban sudah pecah, ibu tidak boleh berjalan, ibu dianjurkan tidur terlentang.
Apabila his jarang presentasi belum masuk PAP, ketuban sudah pecah atau apabila his sudah kuat, presentasi sudah masuk PAP, ketuban masih ada, tidak boleh berjalan untuk menghindari gerakan yang salah pada bayi. (Ibrahim, 1993:97)
6.      Riwayat Ketergantungan.
Mengalami kelergantungan pada minuman beralkohol, merokok, akan mengakibatkan gangguan pada persalinan, pertumbuhan dan perkembangan janin. (Depkes RI, 1993 : 34)
7.      Latar Belakang Sosial Budaya.
Kemiskinan, ketidak tahuan, kebodohan dan rendahnya status wanita merupakan beberapa factor sosio-budaya yang berperan pada tingginya angka kematian maternal, transportasi yang sulit, ketidak mampuan membayar, pelayanan yang baik, pantangan makanan tertentu pada wanita hamil juga merupakan factor-faktor yang ikut berperan. (HanifaW, 1999:25)
8.      PsikoSosial Spiritual.
Biasanya timbul perasaan takut, cemas dan ragu-ragu terutama pada ibu yang baru pertama kali melahirkan. Keadaan psikologis dan pengetahuan keluarga yang slabil akan mcmpengaruhi dukungannya terhadap klien hamil. Semakin baik / slabil maka dukungan yang diberikan semakin positif bagi ibu / klien.
9.      Kehidupan Sexsual.
Coitus pada akhir kehamilan lebih baik ditinggalkan karena kadang-kadang menimbulkan infeksi pada persalinan dan nifas, serta dapat memecahkan ketuban pada multipara. Coitus dapat dilakukan dengan menggunakan kondom/perubahan posisi yang dapat mengurangi kedalaman penetrasi. (Manuaba, 1998: 139)
1.      Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
2.      Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada penurunan janin
3.       Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin
4.      Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
1.      Nyeri (akut ) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil : a. Klien Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan meningkatkan kanyamanan
b. Tampak rileks diantara kontraksi
c. Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi
Intervensi
Rasional
Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi.Berikan instruksi bila perlu
Relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut,yang memperberat nyeri dan menghambat kemajuan persalinan
Berikan tindakan kenyamanan (misalnya: sandaran bantal,  pemberian kompres sejuk)
Meningkatkan relaksasi,menurunkan tegangan dan ansietas dan meningkatkan koping dan kontrol klien
Kolaborasi oemberian obat analgetik saat dilatasi dan kontraksi terjadi
Menghilangkan nyeri, meningkatkan relaksasi dan koping dengan kontraksi,memungkinkan klien tetap focus


2.      Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan obstruksi mekanis pada penurunan janin
Tujuan : Cedera maternal tidak terjadi
Kriteria Hasil : Tidak terdapat tanda-tanda cedera maternal pada ibu
maupun janin
Intervensi
Rasional
Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan istirahat sebelum awitan persalinan
Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder atau mungkin akibat dari persalinan lama
Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik
Disfungsi kontraksi memperlama persalinan,meningkatkan risiko komplikasi maternal / janin
Catat penonjolan , posisi janin dan presentasi janin
Indikator kemajuan persalinan ini dapat mengidentifikasi timbulnya penyebab persalinan lama
Tempat klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring dan ambulasi sesuai toleransi
Relaksasi dan peningkatan perfusi uterus dapat memperbaiki pola
hipertonik.Ambulasi dapat membantu kekuatan grafitasi dalam merangsang pola persalinan normal dan dilatasi serviks
Gunakan rangsang putting untuk menghasilkan oksitosin endogen.
Oksitosin perlu untukmenambah atau memulai aktifitas miometrik untuk pola uterus hipotonik
Kolaborasi : Bantu untuk persiapan seksio sesaria sesuai indikasi,untuk malposisi
Melahirkan sesaria diindikasikan malposisi yang tidak mungkin dilahirkan secara vagina


3.      Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin.
Tujuan                  : Cedera pada janin tidak terjadi
Kriteria hasil        : Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas
baik
Intervensi
Rasional
Kaji DDJ secara manual atau elektronik,perhatikan variabilitas ,perubahan periodik dan frekuensi dasar
Mendeteksi respon abnormal ,seperti variabilitas yang berlebih – lebihan, bradikardi & takikardi, yang mungkin disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis, atau sepsis
Perhatikan tekanan uterus selamaistirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia
Tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam ruang intravilos
Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi kontraksi uterus.beritahu dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang
Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidakmemungkinkan oksigenasi adekuat dalam ruang intravilos
Siapkan untuk metode melahirkanyang paling layak, bilabayi dalam presentasi bokong

Presentasi ini meningkatkan risiko , karena diameter lebih besar dari jalan masuk ke pelvis dan sering memerlukan kelahiran secara seksio sesaria
Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi klien dengan PKA
Risiko cedera atau kematian janin meningkat dengan malahirkan pervagina bila presentasi selain vertex

4.      Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
Tujuan                  : Koping individual menjadi efektiv
Kriteria Hasil        : 1. Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi
2. Mengidentifikasi /menggunakan tehnik koping efektif   
 Intervensi
Rasional
Tentukan kemajuan persalinan , kaji derajat nyeri dalam hubungannya dengan dilatasi / penonjolan
Persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat menurunkan kemampuan klien untuk mengatasi atau mengatur kontraksi
Kenali realitas keluhan klien akan nyeri /ketidaknyamanan
Ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan pada kurangnya kemajuan yang tidak dikenali sebagai masalah disfungsional
Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih perhatikan adanya frustasi

Ansietas yang berlebihan meningkatkan aktifitas adrenal /pelepasan katekolamin,menyebabkan ketidak seimbangan endokrin,kelebihan epinefrin menghambat aktifitas miometrik
Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi
Dapat membantu reduksi ansietas dan meningkatkan koping
Berikan tindakan kenyamanan dan pengubahan posisi klien.Anjurkan penggunaan tehnik relaksasi dan pernafasan yang dipelajari
Menurunkan ansietas, meningkatkan kenyamanan , dan membantu klien mengatasi situasi secara positif





Kasus :
Ny.K umur 30 tahun datang ke RSUD. Dr Soetomo pada tanggal 10 Desember 2013 pukul 10.00 WIB dengan keluhan pergerakan janin terasa dibagian perut bawah dan ibu sering merasa benda keras ( kepala) mendesak tulang iga. Keluhan yang dirasakan sejak usia kehamilan 28 minggu. BB 75 kg, TB 160 cm, TD 140/100 mmHg, RR 20x/menit, Nadi 80 x/menit, Suhu 35,70C.

1.        Data Biografi:
Nama                                : Ny. K
Umur                                : 30 th
Agama                              : Islam
Suku / Bangsa                  : Jawa / Indonesia
Pendidikan                       : SMA
Status Perkawinan           : Nikah
Anak                                : 2 (hamil anak ke 3 sekarang)
Pekerjaan                          Ibu rumah tangga
Alamat                             : Sidoarjo
Dx masuk                         : Kelainan Letak
No. RM                            :13.11.12.75
MRS                                 : 10 Desember 2013
2.         Keluhan: Pergerakan janin terasa dibagian perut bawah, di bawah pusat dan ibu sering merasa benda keras ( kepala) mendesak tulang iga.
3.        Riwayat kesehatan saat ini: Pasien datang ke RSUD Dr.Soetomo diantar bidan, karena setelah memeriksakan kehamilannya ke bidan diketahui letak bayinya sungsang dalam rahim. Pasien juga mengatakan takut bila bayinya mengalami kelainan. Pasien mengaku biasa memeriksakan kehamilannya ke dukun sejak awal kehamilan hingga usia kehamilan 23 minggu, pasien baru memeriksakan kehamilannya ke bidan saat usia kehamilannya 28 minggu dan mulai merasakan pergerakan janin yang terasa di bagian perut bawah. Ibu juga sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
4.        Riwayat menstruasi
Menarche             : 12 tahun
Siklus                   : teratur (1 kali dalam sebulan)
Lama                    : 7 hari
Banyak                 : 2 kali ganti pembalut dalam sehari
Dismenorhea        : (-)
Flour albus           : (-)
HPHT                   : lupa
TP                         : (-)
5.        Riwayat pernikahan
Riwayat pernikahan :
1 kali selama 8 tahun
Usia menikah : ♀ = 22 tahun
♂ = 25 tahun
6.        Riwayat kehamilan yang lalu: ibu pernah melahirkan dengan kehamilan premature dan panggul ibu sempit.
7.        Riwayat ANC: Baru 1 kali periksa ke bidan selama hamil, diberi vitamin penambah darah dan dikatakan bayi dalam letak sungsang.
8.        Riwayat kontrasepsi:
Pil KB selama 5 bulan, stop 1 tahun lalu
KB suntik selama 4 tahun, stop 2 tahun lalu.
9.        Riwayat penyakit yang pernah diderita ibu : ibu ada riwayat hipertensi.
10.    Riwayat penyakit keluarga: Kakek si Ibu menderita penyakit jantung.
11.    Riwayat kehamilan sekarang: Letak sungsang bisa terjadi pada kehamilan primi atau multigravida terutama padamultigravida, ini karena pada multi gravida ruang rahim lebih luas sehingga pergerakan janin lebih bebas. Letak sungsang terjadi pada usia kehamilan < 32minggu karena pada usia kehamilan tersebut air ketuban masih banyak yangmemudahkan janin bergerak dan mudah terjadi leteak sungsang, tetapi masih bisakembali pada posisi letak kepala sampai usia kehamilan < 37 minggu. Pada usiakehamilan 37 minggu atau lebih letak sungsang sudah tidak dapat kembali ke posisikepala. Tinggi fundus uteri pada kehamilan sungsang sesuai dengan usia kehamilan.
12.    Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a)      Aktivitas dan istirahat: Aktivitas pada ibu hamil harus diimbangi dengan istirahat yang cukup supaya kondisi ibu tetap baik dan tidak turun karena akan sangat berpengaruh terhadapkondisi janin.
b)      Nutrisi dan cairan: Tidak ada diit khusus pada kehamilan sungsang. Tetapi kualitas makanan ibuhamil tetap harus diperhatikan, karena nutrisi sangat diperlukan untuk kesehatanibu dan janin.
c)      Eliminasi: Keluhan yang sering muncul konstipasi dan sering bak. Karena pengaruh hormon progesterone yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus, selain itu desakan usus oleh pembesaran janin jugamenyebabkan bertambahnya konstipasi. Untuk seringnya bak didisebabkan pembesaran janin menyebabkan desakan pada kantong kemih.
13.    Status psikososial
Cemas karena tidak dapat melahirkan pervaginam.

a)      Kepala             :-Rambut : normocephale, rambut tidak mudah dicabut.
Muka               : berkeringat
Mata                : konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-), refleks cahaya (-)
Telinga : tidak ada kelainan
Leher               : tidak ada kelainan
b)      Dada: simetris, statis dan dinamis
Mammae: menegang, membesar dan hiperpigmentasi.
c)      Abdomen: Pembesaran (fetus)
Status  Obstetrikus
1.    Inspeksi                  : perut membuncit simetris, linea nigra (+), striae
gravidarum (+)
2.    Palpasi       
LI : TFU                 : 33 cm 
taksiran berat janin  : 33 – 12 x (155) = 3255 gram
teraba bulat, keras, melenting
LII : kanan : bagian-bagian kecil janin
kiri : tahanan memanjang
LIII : teraba bulat, besar, lunak, tidak melenting, tidak bisa digerakkan
LIV : divergen
3.    Auskultasi : DJJ = 140x/menit
4.    Pemeriksaan Dalam
Vagina Touche
vulva/uretra/vagina : tenang
portio                      : arah depan
pembukaan                         : 2 cm
effacement              : 50%
ketuban                   : (-)
bagian terbawah     : bokong
penurunan bokong : HI
denominator           : belum dapat ditentukan 


Analisa Data
Etiologi
Masalah
1.      DS: ibu mengeluh pergerakan janin terasa dibagian perut bawah, di bawah pusat dan ibu sering merasa benda keras ( kepala) mendesak tulang iga.
DO:
LI : TFU : 33 cm
taksiran berat janin : 33 – 12 x (155) = 3255 gram
teraba bulat, keras, melenting
LII : kanan : bagian-bagian kecil janin
kiri : tahanan memanjang
LIII : teraba bulat, besar, lunak, tidak melenting, tidak bisa digerakkan
LIV : divergen


Kelainan letak
 

Panggul sempit

Obsruksi penurunan janin
 

Resiko tinggi cidera (janin)
Resiko tinggi cidera (janin)
2.      DS: ibu merasa cemas dengan pergerakan janinnya
DO:
Kepala (janin) mendesak tulang iga (ibu)
 

Kurangnya informasi
 

ansietas
Ansietas

1.         Resiko tinggi cidera berhubungan dengan obstruksi penurunan janin lahir
2.         Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

Resiko cedera pada bayi (asfiksia) berhubungan dengan obstruksi penurunan janin.
Tujuan :
Selama dilakukan antanatal care tidak terjadi asfiksia pada janin.
Kriteria hasil:
-DJJ teratur
-Gerakan janin aktif

INTERVENSI
RASIONAL
·         Motivasi ibu untuk memriksakan kandungannya secara teratur sesuai jadwal kunjungan
·          
·         Jelaskan pada ibu tanda-tanda kegawatan janin dalam kandungan dan segera kontrol.


·         Observasi DJJ janin ( kekuatan dan frekwensi).


·         Observasi pergerakan anak dalam rahim


o   Kolaborasi dengan dokter bila menemukan tanda-tanda asfiksia pada janin.

 Mengetahui kondisi janin dan menentukan tindakan yang tepat bilaterjadi kelainan pada janin

·         Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda kegawatan janin akan membantumencegah komplikasi yang lebih berat menentukan tindakan.
·         DJJ yang lemah dan tidak teratur merupakan tanda terjadinya asfiksia bayidalam kandungan.
·          
·         Pergerakan janin dalam rahim yang lemah dan jarang merupakan tanda – tanda bahaya janin yang harus diwaspadai.
·         Memberikan pertolongan segera pada janin dan mencegahkomplikasi yang lebih berat/kematian janin.

Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan , kecemasan berkurang.
Kriteria hasil:
·         -Klien tidak gelisah
·         -Klien tampak tenang dan tidak tegang
·         -Tensi sistol 110-130 & diastole 60-90
·         -Nadi 60-100x/mnt


Intervensi
Rasional
Informasikan kondisi ibu dan janin saat ini.

  
Berikan penjelasan tentang kemungkinan persalinannya nanti bisa lahir spontan tetapi memang memerlukan observasi yang cermat, tetapi apabila keadaan tidak memungkinkan untuk lahir spontan baru dilakukan seksio.

Monitor tingkat kecemasan klien melalui observasi keadaankesadaran, nadi dan tensi.



Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.

Anjurkan klien untuk bernafas dalam dan perlahan.

Memberitahu kondisi ibu dan janin akan memberika perasaan legadan nyaman.

Pengertian klien tentang kemungkinan – kemungkinan persalinannya dapat membantu mengurangi stres




Perubahan tanda- tanda vital dan penurunan kesadaran merupakan tandaadanya kecemasan dan indikasi untuk melakukan intervensi segera.

Ditemukannya sumber stres dapat mempermudah intervensi keperawatan

Dengan bernapas dalam dan perlahan , dapat membantu menurunkan stress


1.      Tidak ada cidera pada janin
2.      Kecemasan ibu teratasi


Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan batang berada di bagian bawah kavum uteri. Kejadian letak sungsang berkisar antara 2% sampai 3% bervariasi di berbagai tempat. Sekalipun kejadiannya kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20% sampai 30% (Winkjosastro,1999)
Letak sungsang dibagi sebagai berikut:
1.      Letak bokong murni; presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris “Frank breech”. Bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus ke atas.
2.      Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) di samping bokong teraba kaki dalam bahasa Inggris “Complete breech”. Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna kalau di samping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
3.      Letak lutut (presentasi lutut)
4.      Letak kaki (presentasi kaki)
Dalam bahasa Inggris letak lutut dan letak kaki disebut “Incomplete breech”. Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut sempurna dan letak kaki atau lutut tidak sempurna.
Letak Lintang adalah Keadaan bayi melintang rahim, dengan kepala pada sisi yang satu dan bokong berada pada sisi yang lain. Pada letak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah, maka juga disebut  presentasi bahu atau presentasi acromion. Kalau punggung terdapat sebelah depan disebut dorsoanterior dan kalau di belakang disebut dorsoposterior.
Etiologi
1.      Prematuritas karena bentuk rahim  relatif kurang lonjong, air tuban masih banyak dan kepala anak relatif besar.
2.      Hydramnion karena anak mudah bergerak.
3.      Placenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam PAP.
4.      Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bicornis.
5.      Panggul sempit
6.      Kelainan bentuk kepala: hydrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan
bentuk PAP.
Sebagai perawat profesional kita harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan kelainan letak. Selain itu pemahaman anatomi, fisiologi, dan patofisiologi penyakit merupakan hal yang penting untuk menunjang perawatan terhadap klien agar klien merasa nyaman dan status kesehatan meningkat sehingga angka mortalitas akibat ibu hamil dengan kelainan letak dapat ditekan semaksimal mungkin.


DAFTAR PUSTAKA
UNPAD, Bagian Obstetri & Ginekologi FK. (2000). Obstetri Patologi. Dalam B.
O. UNPAD, Obstetri Patologi. Bandung: Elstar Offset.
Dra. Dini Kasdu, M.Kes. (2005). Solusi Problem Persalinan. Jakarta: Puspa Swara.
Prawirohardjo, S. 2006. Ilmu Kebidanan . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Hacker Neville F, Moore J. George. 2001. Esensial Obsteri dan Ginekologi Edisi kedua. Jakarta. Hipokrates
Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: JNPKKR-YBPSP.
Sastrawinata, Sulaiman dkk., Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi edisi 2 Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2005
Wiknjosastro, H. (Ed.). 2007. Ilmu Kebidanan (kesembilan ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.



0 komentar:

Posting Komentar