BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Ca serviks adalah kanker yang terjadi pada uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur yang dikarenakan perjalanan kanker ini dari pertama kali terinfeksi memerlukan waktu sekitar 10-15 tahun untuk berubah menjadi sebuah kasus kanker serviks, tetapi bukti statistic menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur 20 sampai 30 tahun. Layaknya semua kanker, kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal).
Menurut Siregar (2002), kanker leher rahim merupakan kanker kedua terbanyak ditemukan pada wanita di dunia. Kurang lebih 500.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi tiap tahun dan tiga perempatnya terjadi di Negara berkembang. Menurut data IPMG (International Pharmaceutical Manufactures Group) setiap jam satu wanita di Indonesia meninggal dunia akibat kanker leher rahim (serviks), sedangkan di Asia Pacifik setiap empat menit, dan setiap dua menit satu wanita di dunia dapat meninggal akibat kanker serviks. Prevalensi kanker serviks di Indonesia mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk, dimana ditemukan 200.000 kasus baru tiap tahunnya, bahkan menurut WHO kasus kanker serviks akan meningkat samapai dengan tujuh kali lipat pada tahun 2030.
Ca serviks atau kanker rahim sendiri dapat disebabkan infeksi HPV (human papilloma virus). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang 40 diantaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus resiko tinggi. Namun baik itu virus dengan resiko tinggi maupun rendaha keduanya tetap dapat menimbulkan partumbuhan sel yang abnormal tetapi pada umunya yang banyak menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel hanya HPV tipe resiko tinggi sehingga dapat memicu terjadinya kanker. Virus HPV resiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah tipe 7, 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain. Dari data-data ini kami kelompok 4 tertarik untuk mengangkat kanker serviks menjadi sebuah makalah.

1.2         Rumusan Masalah
a.    Bagaimanakah anatomi sistem reproduksi wanita?
b.    Apakah definisi dari kanker serviks?
c.    Bagaimana klasifikasi pada kanker serviks?
d.   Bagaimana stadium (staging) pada kanker serviks?
e.    Apa saja etiologi/faktor pencetus kanker serviks?
f.     Bagaimana patofisiologi kanker serviks?
g.    Bagaimana web of caution untuk kanker serviks?
h.    Apa saja manifestasi klinis kanker serviks?
i.      Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan kanker serviks?
j.      Bagaimana penatalaksanaan kanker serviks?
k.    Apa saja komplikasi yang ditimbulkan kanker serviks?
l.      Bagaimana prognosis kanker serviks?
m.  Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks?

1.3         Tujuan Umum
Secara umum, pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui penyakit keganasan yang ada pada saluran reproduksi wanita khususnya keganasan pada serviks (leher rahim).

1.4         Tujuan Khusus
a.    Mengetahui anatomi sistem reproduksi wanita.
b.    Mengetahui definisi kanker serviks.
c.    Menyebutkan klasifikasi pada kanker serviks.
d.   Menyebutkan stadium pada kanker serviks.
e.    Mengetahui etiologi/faktor pencetus kanker serviks.
f.     Mengetahui patofisiologi/perjalanan penyakit kanker serviks.
g.    Mengetahui web of caution dari kanker serviks.
h.    Menyebutkan manifestasi klinis kanker serviks.
i.      Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada kanker serviks.
j.      Mengetahui penatalaksanaan klien dengan kanker serviks.
k.    Mengetahui komplikasi dari kanker serviks.
l.      Mengetahui prognosis dari kanker serviks.
m.  Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan kanker serviks.

1.5         Manfaat
a.    Bagi masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai penyakit keganasan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita, khususnya keganasan pada serviks (leher rahim).
b.    Bagi tenaga kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus kanker serviks.
c.    Bagi penulis
Penulis berharap dapat menambah wawasan pada pasien dengan kasus kanker serviks.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
Adapun anatomi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi dua bagian yaitu:
2.1.1   Alat genitalia wanita bagian luar












      Gambar 1. Organ eksterna wanita

a.    Mons veneris disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol dibagian  depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga.
b.    Bibir besar (labia mayora) merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum permukaan terdiri dari:
1)   Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris
2)   Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak)
c.    Bibir kecil (labia minora) merupakan lipatan dibagian dalam bibir besar tanpa rambut, dibagian atau klitoris bibir kecil bertemu membentuk prenulum klitoridis. bibir kecil ini mengelilingi orifisium vagina.
d.   Klitoris
1)   merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil
2)   mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki.
e.    Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh kedua bibir kecil, bagian atas klitoris, dan bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir kecil.
f.     Kelenjar Bartholin
Kelenjar yang penting didaerah vulva dan vagina bersifat rapuh dan mudah robek pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks
g.    Himen (Selaput dara)
Himen merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah robek. Himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila himen tertutup akan menimbulkan gejala klinik setelah mendapat menstruasi. setelah persalinan sisanya disebut karunkel himenalis/karunkel mirsiformis.
2.1.2   Alat genitalia wanita bagian dalam















               Gambar 2. Organ interna wanita

a.    Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva
1)        Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan
2)        Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum
3)        Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm
4)        Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan terutama dibagian bawah
5)        Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus
6)        Bagian servik yang menonjol kedalam vagina disebut portio
7)        Portio uteri membagi puncak vagina menjadi:
a)    Fornik anterior,
b)   Fornik posterior,
c)    Fornik kokstra, dan
d)   Fornik sinistra.
8)        Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5
9)        Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi
10)    Fungsi utama vagina:
a)    Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi,
b)   Alat hubungan seks, dan
c)    Jalan lahir pada waktu persalinan.
b.    Uterus
1)   Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan rectum
2)   Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih
3)   Bentuk uterus seperti bola lampu (buah peer) dan gepeng
a)    Corpus uteri: berbentuk segitiga
b)   Seviks uteri: berbentuk silinder
c)    Undus uteri: bagian corpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba
4)   Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum,jaringan ikat dan peritoneum
5)   Ukuran uterus: 
a)    Anak-anak: 2-3 cm
b)   Nullipara: 6-8 cm
c)    Multipara: 8-9 cm
6)   Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
a)    Peritoneum
                                                                       i)     meliputi dinding rahim bagian luar
                                                                     ii)     menutupi bagian luar uterus
                                                                   iii)     merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat saraf
                                                                   iv)     meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
b)   lapisan otot
                                                                       i)     lapisan luar : seperti “Kap”melengkung dari fundus
                                                                     ii)     uteri menuju ligamentum
                                                                   iii)     lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum
                                                                   iv)     lapisan tengah: terletak diantara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
c)    Semakin kearah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya bertambah. bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum  uteri histologikum ( dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebutistmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
d)   Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, dan ligamentum yang menyangga uterus. Ligamentum-ligamentum yang menyangga perut antara lain:
                                                                       i)     Ligamentum latum
                                                                     ii)     Ligamentum infundibulo pelvikum
                                                                   iii)     Ligamentum kardinale machenrod
                                                                   iv)     Ligamentum sacro uterinum merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod menuju os sacrum
                                                                     v)     Ligamentum vesika uterinum
e)    Pembuluh darah uterus
                                                                       i)     Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus dan didasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri
                                                                     ii)     Dibagian atas mengadakan anatomis dengan arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
f)    Inervasi uterus
Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf simpatis dan parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada peertemuan ligamentum sakro uterinum
c.    Tuba Fallopi
Tuba fallopi terdapat ditepi atas ligamentum latum berjalan kearah lateral mulai dari osteum tubaeinternum pada dinding rahim. Tuba fallopi memiliki ukuran panjang 12 cm dan diameter 3-8 cm
d.   Ovarium
Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium. Ovarium terdiri atas bagian korteks ovarii dan medula ovarii.
e.    Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat diantara ke dua lembar ligamentum latum (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).

2.2         Definisi
Kanker serviks adalah keganasan yang bermula pada sel-sel serviks (leher rahim). Kanker serviks ini dimulai pada lapisan serviks. Pertama, beberapa sel normal berubah menjadi sel-sel prakanker, kemudian berubah menjadi sel kanker. Perubahan ini disebut displasia dan biasanya terdeteksi dengan tes Pap Smear.
 














Gambar 3. Organ reproduksi yang terserang kanker serviks

Kanker serviks tumbuh dari sel-sel serviks, kanker ini dapat berasal dari leher rahim tetapi dapat pula tumbuh dari sel-sel mulut rahim atau keduanya. Serviks terdiri atas ectocervix (bagian luar) dan endocervix (bagian dalam). Bagian dari leher rahim yang paling dekat dengan tubuh rahim disebut endocervix. Bagian ectocerviks dilapisi oleh sel skuamosa (epitel pipih). Bagian endocerviks dilapisi oleh sel silindris (epitel tabung). Tempat pertemuan antara dua jenis sel ini disebut zona transformasi. Sebagian besar kanker serviks dimulai pada zona ini.
Sebagian besar kanker serviks dimulai pada lapisan-lapisan sel serviks. Sel-sel ini tidak tiba-tiba berubah menjadi kanker. Sel-sel normal karena pengaruh zat karsinogen dapat berkembang secara bertahap menjadi sel pra-kanker dan kemudian berubah menjadi kanker dan proses ini membutuhkan waktu beberapa tahun namun kadang halnya bisa terjadi dalam kurun waktu kurang dari setahun. Dokter menggunakan beberapa istilah untuk menggambarkan perubahan pra-kanker yaitu Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN) atau Squamous Intraepithelial Lesion (SIL) dan dysplasia atau Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS). Perubahan-perubahan ini pada awalnya tidak menimbulkan deteksi dengan Pap Smear (Sastrawinata, 2004).

2.3         Klasifikasi
Terdapat dua jenis kelainan pra-kanker dan kanker serviks yaitu yang berasal dari sel skuamosa dan yang berasal dari sel silindris yang melapisi endocervix. Sel skuamosa bila menjadi kanker dikenal dengan karsinoma sel skuamosa dan sel silindris bila menjadi kanker dikenal sebagai adenokarsinoma. Kanker serviks yang banyak terjadi adalah jenis karsinoma sel skuamosa yaitu berkisar 80-90 %.  Kanker ini berasal dari sel skuamosa yang menutupi permukaan ectocervix. Sedangkan adenokarsinoma serviks berkembang dari sel-sel kelenjar endoserviks yang memproduksi lendir. Kanker serviks mulai berkembang ketka sebuah sel dengan kemampuan untuk mereplika sendiri (dari basal atau para-basal lapisan epitel) (Dra. Hartati Nurwijaya, 2010).

2.4         Stadium (Staging)














Gambar 4. Stadium kanker serviks


a.    Stadium kanker serviks (Mulyani, 2010).
Stadium
Keterangan
0
Kanker serviks stadium 0 biasa disebut karsinoma in situ. Sel abnormal hanya ditemukan di dalam lapisan serviks.
I
Kanker hanya ditemukan pad leher rahim.
II
Kanker yang telah menyebar di luar leher rahim, tetapi tidak menyebar ke dinding pelvis atau sepertigas bagian bawah vagina.
III
Kanker yang telah menyebar hingga sepertiga bagian bawah vagina. Mungkin telah menyebar ke dinding panggul atau telah menyebabkan ginja tidak berfungsi.
IV
Kanker telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian tubuh lain seperti paru-paru, tulang, dan hati
                                Tabel 1. Stadium kanker serviks (Mulyani, 2010)

b.    Stadium kanker serviks menurut sistem FIGO dan sistem TNM menurut AJCC
Stadium FIGO
Stadium AJCC
0
Tumor primer tidak dapat dievaluasi
Tx
Tidak ada bukti adanya tumor primer
T0
Karsinoma in situ (Pre-invasif karsinoma)
Tis
IA
Karsinoma mikroinvasif, hanya dapat terdeteksi secara mikroskopis. Invasi stroma terbatas dengan kedalaman ≤ 5 mm dan perluasan horizontal ≤ 7 mm
T1a N0
IA 1
Kedalaman invasi stroma > 3 mm dan perluasan horizontal ≤ 7 mm
T1a1 N0
IA 2
Kedalaman invasi stroma > 3 mm tapi tidak >5 mm dan perluasan horizontal ≤ 7 mm
T1a2 N0
IB
Secara klinis sudah diduga adanya tumor mikroskopik lebih dari IA2 ATAU T1a2
T1b N0
IB 1
Secara klinis lesi berukuran ≤ 4 cm
T1b1 N0
IB 2
Secara klinis lesi >4 cm
T1b2 N0
II
Tumor menyebar keluar serviks tapi tidak sampai dinding panggul atau sepertiga bawah vagina
T2a N0
IIA
Tanpa invasi parametrium
IIB
Dengan invasi parametrium
T2b N0
III
Tumor menyebar ke dinding panggul atau sepertiga bawah vagina, yang menyebabkan hidronefrosis atau penurunan fungsi ginjal
T3 NO
IIIA
Tumor menyebar sepertiga bawah vagina tapi tidak sampai ke dinding panggul
T3a N0
IIIB
Tumor menyebar ke dnding panggul
T3b atau T1, 2, 3a dengan N1
IV
Tumor telah menyebar keluar panggul kecildan melibatkan mukosa rectum dan kandung kemih (dibuktikan secara histologis) atau telah terjadi mestastasis keluar panggul atau ke tempat-tempat yang jauh
T1, 2, 3a dengan N1
IVA
Invasi mukosa kandung kemih atau rektum
T4 semua N
IVB
Metastasis jauh
Semua T, semua N M1
Tabel 2. Stadium kanker serviks menurut sistem FOGO dan sistem TNM menurut AJCC



2.5         Etiologi
Penyebab utama timbulnya kanker serviks adalah infeksi HPV (Human Papilloma Virus). Virus HPV akan menyerang selaput di dalam mulut dan kerongkongan serviks serta anus. Apabila tidak segera terdeteksi, infeksi virus HPV menyebabkan terbentuknya sel-sel prakanker serviks dalam jangka panjang. Virus HPV terbagi menjadi 2 macam  yaitu virus HPV berisiko rendah dan HPV beresiko tinggi. HPV risiko rendah  dapat menyebabkan kutil pada kelamin dan virus HPV berisiko tinggi yang dapat mengubah permukaan sel-sel vagina dan menyebabkan kanker serviks. Virus HPV yang termasuk berisiko tinggi adalah HPV tipe 16, 18, 31,33 dan 45.  Telah diidentifikasi sebanyak 20 tipe yang menjadi penyebab kanker serviks, namun sebanyak 70% penyebab utama kanker serviks disebabkan oleh virus HPV beresiko tinggi yaitu tipe 16 dan 18 (Dra. Hartati Nurwijaya, 2010).
2.5.1   Human Papilloma Virus (HPV)
a.    Virus ditemukan pada 98-99% kanker serviks
b.    Faktor-faktor berikut menyebabkan peningkatan peluang pajanan HPV :
1)   Hubungan seksual tanpa menggunakan pengaman
2)   Terlalu muda saat pertama kali melakukan hubungan seksul
3)   Berganti-ganti pasangan
4)   Pasangan pria beresiko tinggi
5)   Pajanan terhadap PMS lain
6)   Merokok
Memiliki kemungkinan dua kali lipat terkena kanker serviks dibandingkan mereka yang tidak merokok.
7)   Infeksi HIV
Memiliki sistem kekebalan tubuh yang kurang sehingga tidak dapat memerangi infeksi HPV maupun kanker stadium awal (Geri Morgan, 2009).

2.6         Patofisiologi
Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel, berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya invasif.
Berdasarkan karsinogenesis umum,proses perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah onkogen, tumor supresor gen, dan repair gen. Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna, sedangkan tumor supresor gen akan menghambat perkembangan tumor yang diatur oleh gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi  ke rektum dan atau  vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain seperti faktor perilaku: merokok dan alat kontrasepsi dalam rahim, umur pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah kehamilan dan partus, jumlah perkawinan, higiene dan sirkumsisi; faktor biologis: infeksi virus, genetik; faktor lain: lingkungan, sosial ekonomi, idiopatik, mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan sel.
Berikut beberapa jenis sel pemicu Ca Serviks :
a.    Neoplasia intraepitel serviks (CIN)
            CIN menunjukkan sebagian sel dalam epitel skuamosa serviks uteri menunjukkan heterotipia dengan derajat bervariasi, setara dengan hiperplasia atipik dan karsinoma insitu yang dahulu digunakan. Dan menurut derajat patologisnya dibagi menjadi:
1)   CIN I-hiperplasia atipikal ringan
Yaitu 1/3 sel bagian bawah epitel skuamosa serviks sususnannya menjadi kacau, polaritas lenyap, dismorfosis inti, hiperkromatosis, ukuran dan morfologi inti tidak beratutan, kromatin bertambah, kasar, ratio nukleositoplasma kacau, tampak mitosis atipikal.
2)   CIN II-hiperplasia atipikal sedang
2/3 bagian epitel skuamosa mengalami hiperplasia atipikal, heterotopia sel jelas, mitosis banyak.
3)   CIN III-hiperplasia atipikal berat dan karsinoma in situ
Hiperplasia atipikal berat menunjukkan hiperplasia atipikal mengenai 2/3 lebih lapisan epitel, hanya 1-2 lapis sel permukaan masih normal, mitosis tampak di seluruh lapisan epitel, karsinoma in situ menunjukkan hiperplasia atipikal menempati seluruh lapisan epitel skuamosa, tapi membran basal masih intak, tanpa infiltrasi interstitial. Hiperplasia atipikal dan karsinoma in situ sering kali mengenai glandular tubular uteri.
b.    Karsinoma mikroinvasif serviks uteri
Yaitu lesi karsinoma in situ serviks uteri tlah menembus membran basal, menginvasi interstisial dengan kedalaman ≤ 5 mm dan lebar ≤ 7 mm.
          Karsinoma invasif serviks uteri dapat terjadi di ostium eksternal serviks uteri atau di dalam kanal serviks, tapi umumnya timbul di daerah peralihan epitel skuamosa dan epitel torak serviks uteri. Tipe patologik utama karsinoma invasif serviks uteri adalah karsinoma sel skuamosa (90%), adenokarsinoma (5-7%), karsinoma adenoskuamosa (2-5%).
Klasifikasi makroskopik karsinoma sel skuamosa serviks uteri :
1)   Tipe erosi
Bentuk luar serviks uteri masih terlihat, permukaan erosif atau granular, mudah berdarah bila tersentuh, sering ditemukan pada karsinoma invasif stadium dini.
2)   Tipe nodular
Umumnya berasal dari serviks uteri atau dari ostium eksternal tumbuh ke dalam kanalis servikalis atau permukaan serviks uteri berbentuk nodular atau bongkahan. Bentuk ini sering menginvasi ke jaringa dalam, dapat menyebabkan keseluruhan serviks menjadi kasar, membesar seperti tempayan, sering menginvasi parametrium prognosis relatif buruk.
3)   Tipe kembang kol
Tumor umumnya dari ostium eksternal serviks uteri tumbuh ke dalam vagina berbentuk seperti kembang kol, pertumbuhan cepat, kaya vaskular, rapuh, mudah berdarah, nekrosis, sering disertai infeksi. Tumor ini  bermassa besar, invasi di serviks relatif dangkal, dapat menginvasi vagina, tapi invasi ke parametrium relatif rendah, prognosis relatif baik.
4)   Tipe ulseratif
Tipe pertumbuhan ke dalam maupun ke luar, setelah terinfeksi dapat menimbulkan tukak : pada ipe pertumbuhan ke dalam, tukak terletak dalam dapat membentuk rongga, keseluruhan serviks uteri lenyap dan menyatu dengan pars forniks vagina.
Diferensiasi karsinoma skuamosa serviks uteri terbagi menjadi beberapa tingkatan (grade), antara lain yaitu:
1)   Karsinoma skuamosa deferensiasi baik (grade I)
Sel besar, terdapat granul kreatin yang jelas, tampak jembatan antar sel, heterotipia sel relatif ringan, mitosis relatif sedikit.
2)   Karsinoma skuamosa diferensiasi sedang (grade II)
Sel besar, heterotopia sel menonjol, mitosis relatif banyak, inti hiperkromatosis dan bentuk tak teratur, jembatan antara sel tidak menonjol, tanpa granul kreatin.
3)   Karsinoma skuamosa diferensiasi buruk (grade III)
Sel besar atau sel kecil, tak ada granul kreatin, tak ada jembatan antar sel, bentuk sel abnormal dan mitosis banyak.
c.    Ademona serviks uteri
            Adenoma serviks uteri timbul dari epitel torak kanalis servikalis dan asinus yang memproduksi musin, morfologi umum sama dengan karsinoma skuamosa. Tipe histologi adenoma serviks uteri mencakup:
1)   Adenokarsinoma endoserviks
Adenokarsinoma endoserviks berdiferensiasi baik sulit dibedakan dari epitel dan glandula endoserviks normal, epitel tidak atipikal, hanya tampak glandula lebih banyak, berekstensi lebih dalam ke interstitium serviks, jika produksi musin banyak dapat tampak struktur adenokarsinomamusinosa, belakangan ini diketahui prognosisnya buruk. Pada adenokarsinoma berdiferensiasi sedang sel-sel dan duktus glandular lebih jelas atipikal, sekresi musin berkurang. Adenokarsinoma berdiferensiasi buruk sel kankernya membentuk sarang-sarang padat, pita atau lempengan , sangat jarang membentuk duktus glandular.
2)   Adenoakantoma
Di dalam lesi kanker serviks dapat ditemukan unsur epitel skuamosa normal di antara unsur adenokarsinoma.
3)   Karsinoma sel jernih serviks uteri
Tipe ini jarang ditemukan. Timbul dari epitel kavum Mulleri dari mesoderm fetus. Perbedaan dari karsinoma sel jernih adenokarsinoma duktus mesonefros tidak mengandung glikogen, juga tidak mengandung musin. Sering timbul pada remaja, derajat keganasan tinggi, prognosis tidak baik.
d.   Adenokarsinoma skuamosa serviks uteri
            Pada lesi karsinoma serviks uteri, dapat tampak unsur adenokarsinoma dan unsur karsinoma skuaosa jarang ditemukan, prognosis relatif buruk (Buku Ajar Onkologi Klinis, 2008).
     Sebagian besar pendereita kanker serviks adalah wanita yang sudah menikah. Kehidupan seksual pertama yang terlalu dini dan mitra seksual yang terlalu banyak berkaitan dengan kanker uteri. Hal ini terjadi karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa. Selain itu partner seks yang memiliki riwayat kanker penis atau punya riwayat istrinya meninggal karena ca serviks akan meningkatkan resiko ca serviks.
     Tembakau megandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok atau sigeret yang dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang sangat karsinogen dan mutagen, sedang bila dikunyah ia menghasilkam nitrosamine. Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi ko karsinogen infeksi virus.
     Hygine genital yang buruk dapat dijadikan sebagai media yang baik untuk bakteri dan jamur, kalu sudah demikian maka resiko infeksi pada organ genital akan meningkat, jika infeksi ini terus berlangsung secara progresif akan mengivasi ke bagian genital yang lebih dalam, maka akan terjadi proliferasi sel abnormal pada serviks.
     HPV tergolong virus epiteliotropik, terbagi menjadi HPV kutis dan HPV genital. HPV resiko tinggi adalah HPV 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68.
HPV jenis ini berkaitan erat dengan karsinoma serviks dan neoplasia intraepitel serviks uteri (CIN II/II). Infeksi HPV ditularkan lewat hubungan kelamin umumya asimtomatik.
     Genetik mempengaruhi ca serviks karena pada seseorang yang mempunyai silsilah keluarga yang ada riwayat kanker, maka seseorang itu berpotensi mengalami kanker khususnya ca cerviks karena susunan genetik dalam tubuhnya yang telah mengalami mutasi dan dapat menjadi sel abnormal pada serviks.
     Sosial ekonomi rendah meningkatkan resiko ca serviks karena wanita dengan ekonomi rendah dicakaukan dengan hubungan seksual dan akses ke sistem pelayanan kesehatan yang sulit.
     Seseorang yang terpapar lama di lingkungan yang penuh debu, logam, bahan kimia, oli mesin dapat mengakibatkan terjadinya mutasi gen yang akibanya akan terjadi perubahan bentuk stuktur protein dalam sel.
(Moreta, Alberto, 2004).
     Bila sudah terjadi proliferasi sel abnormal pada serviks maka akan mengakibatakan beberapa hal sebagai berikut : perdarahan pervaginum, sekret pervaginum, nyeri, anemia, penurunan BB yang drastis, lemas, gangguan pada sistem urinalis dll.
Bila keganasan terus menyebar dan menginvasi sampai ke pembuluh limfe, kanker dapat menyebar ke pembuluh getah bening. Selain itu juga akan menyebar ke organ-organ lainnya seperti ke vagina dan cavum uteri.

2.7         WOC
Etiologi
Faktor lingkungan, sosial ekonomi, idiopatik
Faktor biologis- infeksi virus (HPV), genetik
Faktor perikalku-merokok, umur pertama kali berhubungan seksual, jumlah kehamilan dan partus, jumlah perkawinan, higiene dan sirkumsisi
Profeliferasi sel abnormal
Neoplasma
Non neoplasma
Benigna
Kista
Radang
Maligna kanker
sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa
HPV 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68
Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang sangat karsinogen dan mutagen
Tembakau megandung bahan-bahan karsinogen
Infeksi yang terus meluas
media yang baik untuk bakteri dan jamur
Hygine genital yang buruk
terjadinya mutasi gen yang akibanya akan terjadi perubahan bentuk stuktur protein dalam sel
terpapar lama di lingkungan yang penuh debu, logam, bahan kimia, oli mesin
susunan genetik dalam tubuhnya yang telah mengalami mutasi
Genetik
 



































Karsinoma (ca serviks)
Stadium lanjut
Histerektomi

metastase
Pembedahan
Adenokarsinoma skuamosa serviks uteri
CIN
Maligna kanker
Adenokarsinoma serviks uteri
Karsinoma sel skuamosa invasif serviks uteri
Karsinoma mikroinvasif serviks uteri
Penekanan kanker pada dinding serviks
Supresi sumsum tulang belakang
Kemoterapi
Ke organ lain
Penekanan saraf serviks
Nyeri
Trombositopenia
Perdarahan dari serviks
Kekurangan volume cairan
Mual muntah
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Rambut rontok, kulit kusam
Gangguan citra tubuh
Menjalar ke vagina
Disfungsi seksual
Menyebar ke atas ke Kavum uteri
Mengenai tuba terjadi perlengketan
Infertilitas
Ansietas
Menembus cavun uteri
Penyebaran kavum peritoneal
Dapat menekan ureter
Obstruksi ureter
Gangguan eliminasi urine
Limfogen
Penyebaran melalui limfe
Luka perdarahan
Nyeri
Jaringan terbuka
Resiko tinggi infeksi
 




2.8         Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang biasanya muncul pada klien dengan kanker serviks antara lain yaitu:
a.    Perdarahan bercak pasca koitus atau leukorea yang bercampur darah sering merupakan tanda awal kanker serviks ulseratif.
b.    Metroragi merupakan tanda keganasan serviks invasive yang paling sering.
c.    Ketidaknyamanan atau disfungsi kandung kemih atau rectum dan fistula merupakan manifestasi klinis lanjut kanker serviks.
d.   Rasa sakit sering kali pada satu sisi dan menjalar ke pinggul, dapat terjadi pada kanker lanjut ketika ureter tersumbat sebagian atau nervus sakralis terkena tumor.
e.    Anemia, anoreksia, dan kehilangan berat badan merupakan tanda-tanda penyakit keganasan lanjut (Ralph C. Benson, 2008).
f.     Kanker serviks mungkin asimtomatik, atau menimbulkan perdahanan setelah berhubungan intim atau bercak-bercak darah di antara masa haid. Dapat timbul rabas vagina yang  berbau (Corwin, 2009).
g.    Perdarahan vagina bersifat abnormal.
h.    Perdarahan dan sakit saat bersenggama, perdarahan setelah menopause, perdarahan dan bercak darah antara periode menstruasi, periode mentruasi lebih lama atau lebih berat dari biasanya, perdarahan saat pemeriksaan panggul (douching).
i.      Keputihan tidak normal: lendir kental, berwarna kuning atau kecoklatan, berbau busuk dan gatal.

2.9         Pemeriksaan Diagnostik
a.    Pemeriksaan Klinis
Anamnesis termasuk keluhan dan tanda-tanda, seperti pendarahan, leukore, dan yang berhubungan dengan penyebaran, pemeriksaan fisik dan ginekologik.
b.    Pemeriksaan Fisik
1)   Umum
2)   Pemeriksaan Ginekologis
c.    Pemeriksaan Histologi
Diagnosis harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan histologi dengan cara sebagai berikut:
1)   Biopsi diambil dari tumor primer pada jam 9 dan jam 3, diambil jaringan segar kemudian dimasukkan ke dalam buffer formalin
2)   Sediaan operasi, yaitu uterus dengan atau tanpa adneksa, KGB paraorta, iliaka komunis, iliaka eksterna, interna, dan obturatoria
d.   Radiologik
e.    Pemeriksaan Endoskopi (sistokopi dan rektoskopi)
f.     Laboratorium
Hasil dari pemeriksaan fisik dan ginekologik adalah ditentukannya stadium klinik yang bertujuan untuk menetapkan jenis pengobatan dan meramalkan prognosis.

2.10     Penatalaksanaan
Pasien dengan kanker servis diterapi dengan pembedahan atau radiasi bersama dengan kemoterapi, atau bisa disebut kemoradiasi. Pemilihan terapi yang digunakan disesuaikan dengan keadaan atau kondisi pasien serta kecocokan tubuh pasien dengan terapi yang digunakan.
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon exenterasi.
Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten. Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan 16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks termasuk carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine.
Kombinasi paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi.
Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause. Tetapi, untuk klien yang masih muda, tidak disarankan melakukan kemoterapi karena dapat mengakibatkan infertilitas.
Pembedahan untuk mempertahankan indung telur mungkin lebih baik untuk wanita premenopouse radiasi dan kemoterapi dapat menyebabkan disfungsi fagina dan dispareunia (nyeri ketika melakukan kopulasi)
Ada dua pilihan operasi : histerektomi untuk mengambil seluruh leher rahim dan rahim, atau konisasi untuk  hanya mengambil bagian leher rahim yang terkena kanker. Histerektomi lebih sering dilakukan pada kasus dengan pasien wanita menopouse sedangkan pada wanita yang masih dalam masa subur lebih sering dilakukan konisasi agar masih memungkinkan untuk hamil lagi.
Penatalaksanaan khusus dilakukan apabila kasus kanker serviks terjadi pada ibu hamil. Jika kehamilan masih muda, maka pengobatan kanker serviks dilakukan dengan cara penyinaran. Biasanya dengan penyinaran ini akan terjadi abortus , namun jika dalam empat minggu tidak terjadi abortus maka bayi harus tetap dikeluarkan dengan histeroktomi. Karena anak akan cacat akibat radiasi sinar. Bila kehamilan sudah besar hingga anak dapat hidup di dunia luar, anak dilahirkan dengan seksio sesarea. Persalinan normal tidak dibenarkan mengingat kesukaran dilatasi serviks dan kemungkina  pendarahan. penyinara dilakukan lagi 1-2 minggu setelah sesar.
Sedangkan menurut FIGO penatalaksanaan kangker serviks dibedakan menurut statusnya yaitu sebagai berikut.
Stadium
Penatalaksanaan
Stadium IA1
Histerektomi ekstrafasial. Bila fertilitas masih diperlukan dilakuan konisasi dilanjutkan pengamatan lanjut.
Stadium IA2
a.   Histerektomi radikal atau modifikasi (tipe 2) dan limfadenektomi pelvis. Histerektomi ekstrafasial dan limfadenektomi pelvis bila tidak ada invasi limfo vaskular3. Konisasi luas atau trakhelektomi radikal dengan limfadenektomi laparoskopi, kalau fertilitas masih dibutuhkan.
b.   Radioterapi:
Radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 75-80 Gy).
Stadium IBI/IIA
a.    Hindari gabungan operasi dengan radiasi untuk mengurangi morbiditas. Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis, ± sampel KGB para-aorta2. Pada usia muda, ovarium dapat dikonservasi.
b.    Terapi adjuvan kemoradiasi pasca bedah:
Dengan cisplatin ± 5-FU bila ada faktor risiko KGB (+), parametrium (+), tepi sayatan (+)
c.    Radioterapi:
Radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 80-85 Gy)
Stadium IB2/IIA > 4 cm
a.    Kemoradiasi:
Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para-aorta (+) lapangan radiasi diperluas.
b.    Operasi:
Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis
c.    Neoadjuvan kemoterapi:
Cisplatin 3 seri diikuti histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis
Stadium IIB, III, IVA
a.    Kemoradiasi:
Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para aorta (+) lapangan radiasi diperluas
b.    Eksenterasi:
Dapat dipertimbangkan pada IVA bila tidak meluas sampai dinding panggul, terutama bila ada fistel rektovaginal dan vesikovaginal
Stadium IVB atau residif
Radiasi + kemoterapi (cisplatin ± 5-FU). 50 Gy bila lesi mikroskopik dan 64-66 Gy pada tumor yang besar2. Eksenterasi kalau proses tidak sampai dinding panggul.

2.11     Komplikasi
Komplikasi biasanya berkitan dengan efek dari intervensi pembedahan yang berkaitan dengan teknik-teknik saat melakukan pembedahan. Komplikasi tersebut meliputi fistula uretra, disfungsi kandung kemih, emboli pulmonal, limfosit, infeksi pelvis, obstruksi usus besar dan fistula rektovaginal.
Sedangkan komplikasi untuk terapi radiasi adalah reaksi kulit, sistitis radiasi, dan enteritis. Sedangkan komplikasi usai kemoterapi bergantung pada kombinasi obat yang digunakan. Efek samping yang sering terjadi seperti supresi sumsum tulang, mual dan muntah karena pengaruh sisplatin pada kemoterapi (Gale Danielle, 2000).

2.12     Prognosis
Ketahanan hidup penderita pada kanker serviks stadium awal setelah histerektomi radial dan limfadenektomi pelvis tergantung pada beberapa faktor :
a.    Status KGB
Penderita tanpa metastasis ke KGB, 5-year survival rate (5-YSR)nya adalah 85-90%. Bila didapatkan metastasis ke KGB maka 5-YSR 20-74 % tergantung pada jumlah, lokasi, dan ukuran matastasis.
b.    Ukuran tumor
Penderita dengan ukuran tumor < 2 cm anga survival-nya 90% dan bila >2cm angka survivalnya-nya menjadi 60%. Bila tumor primer > 4 cm angka survivalnya turun menjadi 40%. Analisis dari GOG terhadap 645 penderita menunjukkan 94,6% tiga tahun bebas kanker untuk lesi yang tersembunyi. 85,5% untuk tumor < 3 cm, dan 68,4% bila tumor > 3 cm.
c.    Invasi ke jaringan parametrium
Penderita dengan invasi kanker ke parametrium memiliki 5-YSR 69% dibandingkan 95% tanpa invasi. Bila invasi disertai KGB yang positif, maka 5-YSR turun menjadi 39-42%.
d.   Kedalaman invasi
Invasi < 1 cm memiliki 5-YSR sekitar 90%, dan akan turun menjadi 63-78% bila > 1 cm
e.    Ada tidaknya invasi ke lymph-vascular space
Invasi ke lymph-vascular space sebagai faktor prognosis masih menjadi kontroversi. Beberapa laporan menyebutkan 50-70% 5-YSR bila didapatkan invasi ke lymph-vascular spacedan 90% 5-YSR bila invasi tidak didapatkan. Akan tetapi, laporan lain mengatakan tidak ada perbedaan dengan adanya invasi atau tidak.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1         Pengkajian
3.1.1   Anamnesa
A. Data Dasar
Pengkajian data dasar dilakukan dengan pengumpulan data dari pasien dan keluarga dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
a.    Data pasien
Identitas pasien, usia, status, perkawinan, pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir.
b.   Keluhan utama
Biasanya klien datang dengan keluhan nyeri intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
c.    Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium 3 dan 4 klien merasakan keluhan seperti perdarahan, keputihan, dan nyeri intra servikal.
d.   Riwayat penyakit dahulu
Data yang perlu dikaji adalah riwayat abortus, infeksi paska abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor, dan adanya keluarga yang menderita kanker.
e.    Riwayat obstetri
Apakah klien punya anak? Jika iya berapa anaknya? Apakah anaknya masih hidup ? lahirnya pada kehamilan ke berapa?
f.    Riwayat penyakit keluarga
Mungkin ada salah satu dari keluarga yang pernah menderita kanker.
g.   Riwayat menstruasi
1)   Banyak sedikitnya nya menstruasi, dan lama mentruasi
2)   Siklus menstruasinya normal atau tidak ( normal 28 hari)
3)   Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
4)   Keluhan saat mentruasi
h.   Riwayat ginekologi
1)   Bagaimana aktivitas seksualnya?
2)   Apakah ada masalah selama berhubungan seksual?
3)   Adakah nyeri saat berhubungan?
4)   Bagaimana frekuensi urinnya? Apakah disuria, nokturia, urgensi, inkontinensia?
5)   Apakah klien pernah keputihan? Kapan mengalami keputihan? Bagaimana warna, baud an banyaknya? Sejak  kapan mengalami keputihan? Apakah sampai sekarang?
i.     Riwayat penggunaan obat-obatan
Apakah menggunakan obat-obatan kontrasepsi secara teratur?
j.     Keadaan psiko-sosio-ekonomi dan budaya
Kanker serviks sering dijumpai pada masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah yang berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygine terutama kebersihan daerah urogenital.
B.  Data Khusus
a.    Riwayat Kebidanan
Riwayat paritas, kelainan mentruasi, lama, jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktivitas, apakah darah keluar setelah koitus, dan pekerjaan yang dilakukan sekarang.
b.   Pemeriksaan Penunjang
Sitologi dengan pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikogram, pemeriksaan visual langsung dan gineskopi.

3.1.2     Pemeriksaan Fisik Ginekologis
a.    Tampilan umum
Apakah klien merasa sakit ringan atau lebih? Timbang BB, TB dan TD
b.   Pemeriksaan payudara
Inspeksi payudara apakah simetris atau ada benjolan?
c.    Periksa  abdomnen
Inspeksi untuk menilai adanya striae, jaringan parut, masa. Lakukan palpasi untuk mengetahui nyeri tekan dan massa. Lakukan perkusi untuk mencari massa dan pekak berpindah.
d.   Periksa Vagina
Pastikan pendamping dan privasi. Inspeksi adanya benjolan, ulkus, secret dan prolaps yang jelas. Periksa serviks, uterus, dan adneksa. Caranya: jelaskan pada klien bahwa hal tersebut tidak nyaman tapi tidak nyeri, gunakan pelumas jari dan tangan dibungkus sarung tangan, letakan tangan kiri ke simfisis pubis dan tekan ke bawah kea rah panggul dengan perlahan.
e.    Pemeriksaan speculum cuscoe
Inspeksi serviks dan dinding dalam vagina.
f.    Speculum sim
Inspeksi dinding vagina jika diduga ada prolaps dengan posisi lateral kiri dan kaki ditekuk.
g.   Pemeriksaan rectal
Pemeriksaan jika ada prolaps dinding posterior dan adanya keganasan pada serviks.

3.2         Diagnosa Keperawatan
a.    Gangguan perfusi jaringan (anemia) berhubungan dengan perdarahan intra servikal
b.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan
c.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan desakan pada jaringan intra servikal
d.   Kecemasan berhubungan dengan terdiagnosis Ca. Serviks sekunder akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan cara pengobatannya
e.    Resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan terhadap pemberian sitostastika.

3.3         Intevensi
a.    Gangguan perfusi jaringan (anemia) berhubungan dengan perdarahan intra servikal
NOC :
1)   Circulation status
2)   Tissue Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
1)   Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
a)    Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan
b)   Tidak ada ortostatikhipertensi
c)    Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
2)   Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
a)    Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
b)   Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
c)    Memproses informasi
d)   Membuat keputusan dengan benar
3)   Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh yang ditandai dengan:
a)    Tingkat kesadaran mambaik
b)   Tidak ada gerakan gerakan involunter
NIC :
2)   Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring (Monitor tekanan intrakranial)
a)    Berikan informasi kepada keluarga
b)   Set alarm
c)    Monitor tekanan perfusi serebral
d)   Catat respon pasien terhadap stimuli
e)    Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon neurology terhadap aktivitas
f)    Monitor jumlah drainage cairan serebrospinal
g)    Monitor intake dan output cairan
h)   Restrain pasien jika perlu
i)     Monitor suhu dan angka WBC
j)     Kolaborasi pemberian antibiotik
k)   Posisikan pasien pada posisi semifowler
l)     Minimalkan stimuli dari lingkungan
2)   Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)
a)    Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
b)   Monitor adanya paretese
c)     Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi
d)    Gunakan sarun tangan untuk proteksi
e)     Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
f)     Monitor kemampuan BAB
g)     Kolaborasi pemberian analgetik
h)    Monitor adanya tromboplebitis
i)      Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi

b.   Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan
NOC
a)    Nutritional status: Adequacy of nutrient
b)   Nutritional Status : food Albumin serum
c)    Weight Control
d)   and Fluid Intake
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Selama 5x24 jam nutrisi kurang teratasi dengan indikator:
a)    Pre albumin serum
b)   Hematokrit
c)    Hemoglobin
d)   Total iron binding apacity
e)    Jumlah limfosit
NIC
1)        Kaji adanya alergi makanan
2)        Kolaborasi dengan ahli gizi untukmenentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
3)        Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4)        Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
5)        Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
6)        Monitor lingkungan selama makan
7)        Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
8)        Monitor turgor kulit
9)        Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
10)    Monitor mual dan muntah
11)    Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
12)    Monitor intake nuntrisi
13)    Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
14)    Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
15)    Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
16)    Kelola pemberan anti emetic
17)    Anjurkan banyak minum
18)    Pertahankan terapi IV line
19)    Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval

c.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan desakan pada jaringan intra servikal.
NOC
a)    Pain Level,
b)   pain control,
c)    comfort level
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
a)    Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b)   Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c)    Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d)   Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e)    Tanda vital dalam rentang normal
f)    Tidak mengalami gangguan tidur
NIC :
1)   Lakukan pengkajian kembali nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2)   Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3)   Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
4)   Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
5)   Kurangi faktor presipitasi nyeri
6)   Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
7)   Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
8)   Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
9)   Tingkatkan istirahat
10)         Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
11)         Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

d.   Kecemasan berhubungan dengan terdiagnosis Ca. Serviks sekunder akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan cara pengobatannya.
NOC :
1)   Kontrol kecemasan
2)   Koping
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam klien kecemasan teratasi dengan:
1)   Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2)   Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
3)   Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
NIC :
1)   Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
a)    Gunakan pendekatan yang menenangkan
b)   Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c)    Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
d)   Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
e)    Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
f)    Libatkan keluarga untuk mendampingi klien Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
g)   Dengarkan dengan penuh perhatian
h)   Identifikasi tingkat kecemasan
i)     Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
j)     Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
k)   Kelola pemberian obat anti cemas

e.    Resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan terhadap pemberian sitostastika.
NOC:
1)   Body image
2)   Self esteem
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan body image pasien teratasi dengan:
1)   Body image positif
2)   Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
3)   Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh
4)   Mempertahankan interaksi sosial
NIC
1)   Body image enhancement
a)    Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya
b)   Monitor frekuensi mengkritik dirinya
c)    Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
d)   Dorong klien mengungkapkan perasaannya
e)    Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
f)    Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

3.4         Evaluasi
a.    Perfusi jaringan efektif (anemia) hilang atau teratasi.
b.    Skala nyeri hilang atau berkurang.
c.    Nutrisi terpenuhi atau adekuat.
d.   Kecemasan menurun atau hilang.
e.    Tidak terjadi gangguan citra tubuh.



























BAB IV
PENUTUP

4.1         Kesimpulan
Jadi masalah keperawatan yang dapat timbul akibat penyakit kanker serviks antara lain gangguan perfusi jaringan (anemia), ketidakseimbangan nutrisi, gangguan rasa nyaman (nyeri), kecemasan, dan resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh.
Dan dari masalah keperawatan tersebut kita sebagai tenaga kesehatan dapat memfokuskan penanganan terlebih dahulu pada masalah anemia.

4.2         Saran
Kanker serviks merupakan salah satu penyakit keganasan yang diderita pada klien dengan gangguan sistem reproduksi. Untuk itu, penting bagi tenaga kesehatan khususnya perawat untuk mengerti dan lebih banyak mendalami asuhan keperawatan bagi klien dengan kanker serviks.































DAFTAR PUSTAKA

Nurwijaya, Hartati. (2010). Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Yogyakarta: Alex Media Komputerindo.
Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
S., Imam Rasjidi. (2010). Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagubg Seto.
Geri Morgan, C. H. (2009). Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktikum Jilid 2. Jakarta: ECG.
Mulyani, D. (2010). Stop Kanker Panduan Deteksi Dini dan pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker. Jakarta: Mizan Publika.
Ralph C. Benson, M. L. (2008). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Sastrawinata, Sulaiman. (2004). Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.
Suddarth, B. (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Desen, Wan. (2008). Buku Ajar Onkologi Klinis edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Bobak, dkk. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Johnson & Taylor. (2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC.
Marilynn E.D. & Maryn M. (2001). Rencana Perawatan Maternal Bayi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Moreta, Alberto. 2004. Cancer Prevention and Early Diagnosis in Women. USA : Elsevier.
Smith HO, Seung Jk. Epidemiology.In Hancocok BW, Newlands Es, Berkowitz Rs, Cole LA. Gestational Trophoblastic Disease (Online Book). www. Isstd.org. accessedon 21 Sept 2013. Pp. 39-76.
Rasjidi, Imam. 2010. Epidemiologi Kanker Pada Wanita. Jakarta : CV Sagung Seto.
Desen, Wan. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Bagian obstetric & ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.  1984.  Obstetri Patologi.  Bandung :  Elstar Offset
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC
Cunningham, F Garry, dkk. 1995. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Johnson & Taylor. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam . 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. Jakarta : EGC
Taber Ben-Zion. 1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesbulapius Fakultas UI.
Underwood, J.CE. 1999. Patologi Umum dan Sistematik Edisi 2 Volume 2. Jakarta: EGC
Bagian SMF Obgin UNHAS. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Makssar. 1999
Ida Bagus G. M., Prof, dr. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC. Jakarta. 1998
Sarwono.Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. 1997.