BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ca serviks
adalah kanker yang terjadi pada uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim
(uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada
wanita yang telah berumur yang dikarenakan perjalanan kanker ini dari pertama
kali terinfeksi memerlukan waktu sekitar 10-15 tahun untuk berubah menjadi
sebuah kasus kanker serviks, tetapi bukti statistic menunjukan bahwa kanker
leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur 20 sampai 30 tahun.
Layaknya semua kanker, kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya
pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal).
Menurut Siregar
(2002), kanker leher rahim merupakan kanker kedua terbanyak ditemukan pada
wanita di dunia. Kurang lebih 500.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi
tiap tahun dan tiga perempatnya terjadi di Negara berkembang. Menurut data IPMG
(International Pharmaceutical Manufactures Group) setiap jam satu wanita di
Indonesia meninggal dunia akibat kanker leher rahim (serviks), sedangkan di
Asia Pacifik setiap empat menit, dan setiap dua menit satu wanita di dunia
dapat meninggal akibat kanker serviks. Prevalensi kanker serviks di Indonesia
mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk, dimana ditemukan 200.000 kasus baru
tiap tahunnya, bahkan menurut WHO kasus kanker serviks akan meningkat samapai
dengan tujuh kali lipat pada tahun 2030.
Ca serviks atau
kanker rahim sendiri dapat disebabkan infeksi HPV (human papilloma virus). Saat
ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang 40 diantaranya
dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus jarang
menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus resiko tinggi.
Namun baik itu virus dengan resiko tinggi maupun rendaha keduanya tetap dapat
menimbulkan partumbuhan sel yang abnormal tetapi pada umunya yang banyak
menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel hanya HPV tipe resiko tinggi sehingga
dapat memicu terjadinya kanker. Virus HPV resiko tinggi yang dapat ditularkan
melalui hubungan seksual adalah tipe 7, 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56,
58, 59, 68, 69, dan mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain. Dari
data-data ini kami kelompok 4 tertarik untuk mengangkat kanker serviks menjadi
sebuah makalah.
1.2
Rumusan Masalah
a.
Bagaimanakah
anatomi sistem reproduksi wanita?
b.
Apakah
definisi dari kanker serviks?
c.
Bagaimana
klasifikasi pada kanker serviks?
d.
Bagaimana
stadium (staging) pada kanker serviks?
e.
Apa
saja etiologi/faktor pencetus kanker serviks?
f.
Bagaimana
patofisiologi kanker serviks?
g.
Bagaimana
web of caution untuk kanker serviks?
h.
Apa
saja manifestasi klinis kanker serviks?
i.
Apa
saja pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan kanker serviks?
j.
Bagaimana
penatalaksanaan kanker serviks?
k.
Apa
saja komplikasi yang ditimbulkan kanker serviks?
l.
Bagaimana
prognosis kanker serviks?
m.
Bagaimana
asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks?
1.3
Tujuan Umum
Secara umum,
pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui penyakit keganasan yang ada
pada saluran reproduksi wanita khususnya keganasan pada serviks (leher rahim).
1.4
Tujuan Khusus
a. Mengetahui anatomi sistem reproduksi wanita.
b. Mengetahui definisi kanker
serviks.
c. Menyebutkan klasifikasi pada kanker serviks.
d. Menyebutkan stadium pada kanker serviks.
e. Mengetahui etiologi/faktor pencetus kanker serviks.
f. Mengetahui patofisiologi/perjalanan
penyakit kanker serviks.
g. Mengetahui web of caution dari kanker serviks.
h. Menyebutkan manifestasi klinis kanker serviks.
i. Mengetahui pemeriksaan diagnostik
pada kanker
serviks.
j. Mengetahui penatalaksanaan klien
dengan kanker
serviks.
k. Mengetahui komplikasi dari kanker serviks.
l. Mengetahui prognosis dari kanker serviks.
m. Menjelaskan asuhan keperawatan
pasien dengan kanker
serviks.
1.5
Manfaat
a. Bagi masyarakat
Makalah ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai penyakit keganasan yang
terjadi pada sistem reproduksi wanita, khususnya keganasan pada serviks (leher rahim).
b. Bagi tenaga kesehatan
Makalah ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memberikan pelayanan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus kanker serviks.
c. Bagi penulis
Penulis
berharap dapat menambah wawasan pada pasien dengan kasus kanker serviks.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
Adapun anatomi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi
dua bagian yaitu:
2.1.1 Alat genitalia wanita bagian luar
Gambar 1. Organ eksterna wanita
a. Mons veneris disebut juga gunung venus merupakan bagian yang
menonjol dibagian depan simfisis terdiri
dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh
rambut yang bentuknya segitiga.
b. Bibir besar (labia mayora) merupakan kelanjutan dari mons veneris
berbentuk lonjong, kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum
permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari
rambut pada mons veneris
2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak)
c. Bibir kecil (labia minora) merupakan lipatan dibagian dalam bibir
besar tanpa rambut, dibagian atau klitoris bibir kecil bertemu membentuk
prenulum klitoridis. bibir kecil ini mengelilingi orifisium vagina.
d. Klitoris
1) merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil
2) mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat
sensitive analog dengan penis laki-laki.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi
oleh kedua bibir kecil, bagian atas klitoris, dan bagian belakang (bawah)
pertemuan kedua bibir kecil.
f. Kelenjar Bartholin
Kelenjar yang penting didaerah vulva dan vagina
bersifat rapuh dan mudah robek pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks
g. Himen (Selaput dara)
Himen merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina
bersifat rapuh dan mudah robek. Himen ini berlubang sehingga menjadi saluran
dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila himen
tertutup akan menimbulkan gejala klinik setelah mendapat menstruasi. setelah
persalinan sisanya disebut karunkel himenalis/karunkel mirsiformis.
2.1.2 Alat genitalia wanita bagian dalam
Gambar 2. Organ interna wanita
a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva
1)
Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat
dikendalikan
2)
Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum
3)
Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding
belakangnya sekitar 11 cm
4)
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang
disebut rugae dan terutama dibagian bawah
5)
Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada
bagian uterus
6)
Bagian servik yang menonjol kedalam vagina disebut
portio
7)
Portio uteri membagi puncak vagina menjadi:
a) Fornik anterior,
b) Fornik posterior,
c) Fornik kokstra, dan
d) Fornik sinistra.
8)
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan PH 4,5
9)
Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi
10) Fungsi utama vagina:
a) Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi,
b) Alat hubungan seks, dan
c) Jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
1) Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor diantara kandung
kemih dan rectum
2) Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum
sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih
3) Bentuk uterus seperti bola lampu (buah peer) dan gepeng
a) Corpus uteri: berbentuk segitiga
b) Seviks uteri: berbentuk silinder
c) Undus uteri: bagian corpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba
4) Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum,jaringan
ikat dan peritoneum
5) Ukuran uterus:
a) Anak-anak: 2-3 cm
b) Nullipara: 6-8 cm
c) Multipara: 8-9 cm
6) Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
a) Peritoneum
i) meliputi dinding rahim bagian luar
ii) menutupi bagian luar uterus
iii) merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan
urat saraf
iv) meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
b) lapisan otot
i) lapisan luar : seperti “Kap”melengkung dari fundus
ii) uteri menuju ligamentum
iii) lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum
iv) lapisan tengah: terletak diantara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan
tebal anyaman serabut otot rahim.lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah
arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat
terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian perdarahan
dapat terhenti.
c) Semakin kearah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya
bertambah. bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum
yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum ( dimana terjadi perubahan
selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebutistmus.
Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
d) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, dan ligamentum
yang menyangga uterus. Ligamentum-ligamentum yang menyangga perut antara lain:
i) Ligamentum latum
ii) Ligamentum infundibulo pelvikum
iii) Ligamentum kardinale machenrod
iv) Ligamentum sacro uterinum merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
machenrod menuju os sacrum
v) Ligamentum vesika uterinum
e) Pembuluh darah uterus
i) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral
dan memberikan cabangnya menuju uterus dan didasar endometrium membentuk arteri
spinalis uteri
ii) Dibagian atas mengadakan anatomis dengan arteri ovarika untuk memberikan
darah pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
f) Inervasi uterus
Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf simpatis
dan parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada
peertemuan ligamentum sakro uterinum
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi terdapat ditepi atas ligamentum latum
berjalan kearah lateral mulai dari osteum tubaeinternum pada dinding rahim.
Tuba fallopi memiliki ukuran panjang 12 cm dan diameter 3-8 cm
d. Ovarium
Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo
pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium. Ovarium terdiri
atas bagian korteks ovarii dan medula ovarii.
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat diantara ke dua lembar
ligamentum latum (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).
2.2
Definisi
Kanker serviks
adalah keganasan yang bermula pada sel-sel serviks (leher rahim). Kanker
serviks ini dimulai pada lapisan serviks. Pertama, beberapa sel normal berubah
menjadi sel-sel prakanker, kemudian berubah menjadi sel kanker. Perubahan ini disebut
displasia dan biasanya terdeteksi dengan tes Pap Smear.
Gambar 3. Organ reproduksi yang
terserang kanker serviks
Kanker serviks
tumbuh dari sel-sel serviks, kanker ini dapat berasal dari leher rahim tetapi
dapat pula tumbuh dari sel-sel mulut rahim atau keduanya. Serviks terdiri atas ectocervix (bagian luar) dan endocervix (bagian dalam). Bagian dari
leher rahim yang paling dekat dengan tubuh rahim disebut endocervix. Bagian ectocerviks
dilapisi oleh sel skuamosa (epitel pipih). Bagian endocerviks dilapisi oleh sel silindris (epitel tabung). Tempat
pertemuan antara dua jenis sel ini disebut zona
transformasi. Sebagian besar kanker serviks dimulai pada zona ini.
Sebagian besar
kanker serviks dimulai pada lapisan-lapisan sel serviks. Sel-sel ini tidak
tiba-tiba berubah menjadi kanker. Sel-sel normal karena pengaruh zat karsinogen
dapat berkembang secara bertahap menjadi sel pra-kanker dan kemudian berubah
menjadi kanker dan proses ini membutuhkan waktu beberapa tahun namun kadang
halnya bisa terjadi dalam kurun waktu kurang dari setahun. Dokter menggunakan
beberapa istilah untuk menggambarkan perubahan pra-kanker yaitu Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN) atau
Squamous Intraepithelial Lesion (SIL) dan dysplasia atau Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS). Perubahan-perubahan ini pada awalnya
tidak menimbulkan deteksi dengan Pap Smear (Sastrawinata, 2004).
2.3
Klasifikasi
Terdapat dua
jenis kelainan pra-kanker dan kanker serviks yaitu yang berasal dari sel
skuamosa dan yang berasal dari sel silindris yang melapisi endocervix.
Sel skuamosa bila menjadi kanker dikenal dengan karsinoma sel skuamosa dan sel
silindris bila menjadi kanker dikenal sebagai adenokarsinoma. Kanker serviks
yang banyak terjadi adalah jenis karsinoma sel skuamosa yaitu berkisar 80-90
%. Kanker ini berasal dari sel skuamosa
yang menutupi permukaan ectocervix.
Sedangkan adenokarsinoma serviks berkembang dari sel-sel kelenjar
endoserviks yang memproduksi lendir. Kanker
serviks mulai berkembang ketka sebuah sel dengan kemampuan untuk mereplika
sendiri (dari basal atau para-basal lapisan epitel) (Dra. Hartati Nurwijaya, 2010).
2.4
Stadium (Staging)
Gambar 4. Stadium kanker serviks
a.
Stadium
kanker serviks (Mulyani, 2010).
Stadium
|
Keterangan
|
0
|
Kanker serviks
stadium 0 biasa disebut karsinoma in situ. Sel abnormal hanya ditemukan di
dalam lapisan serviks.
|
I
|
Kanker hanya
ditemukan pad leher rahim.
|
II
|
Kanker yang
telah menyebar di luar leher rahim, tetapi tidak menyebar ke dinding pelvis
atau sepertigas bagian bawah vagina.
|
III
|
Kanker yang
telah menyebar hingga sepertiga bagian bawah vagina. Mungkin telah menyebar
ke dinding panggul atau telah menyebabkan ginja tidak berfungsi.
|
IV
|
Kanker telah
menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian tubuh lain seperti paru-paru,
tulang, dan hati
|
Tabel
1. Stadium kanker serviks (Mulyani, 2010)
b.
Stadium
kanker serviks menurut sistem FIGO dan sistem TNM menurut AJCC
Stadium FIGO
|
Stadium AJCC
|
|
0
|
Tumor primer
tidak dapat dievaluasi
|
Tx
|
Tidak ada bukti adanya tumor
primer
|
T0
|
|
Karsinoma in situ (Pre-invasif karsinoma)
|
Tis
|
|
IA
|
Karsinoma mikroinvasif, hanya
dapat terdeteksi secara mikroskopis. Invasi stroma terbatas dengan kedalaman
≤ 5 mm dan perluasan horizontal ≤ 7 mm
|
T1a N0
|
IA
1
|
Kedalaman
invasi stroma > 3 mm dan perluasan horizontal ≤ 7 mm
|
T1a1
N0
|
IA
2
|
Kedalaman invasi stroma > 3
mm tapi tidak >5 mm dan perluasan horizontal ≤ 7 mm
|
T1a2 N0
|
IB
|
Secara klinis
sudah diduga adanya tumor mikroskopik lebih dari IA2 ATAU T1a2
|
T1b
N0
|
IB
1
|
Secara klinis lesi berukuran ≤
4 cm
|
T1b1 N0
|
IB
2
|
Secara klinis
lesi >4 cm
|
T1b2
N0
|
II
|
Tumor menyebar keluar serviks
tapi tidak sampai dinding panggul atau sepertiga bawah vagina
|
T2a N0
|
IIA
|
Tanpa invasi
parametrium
|
|
IIB
|
Dengan invasi parametrium
|
T2b N0
|
III
|
Tumor menyebar
ke dinding panggul atau sepertiga bawah vagina, yang menyebabkan
hidronefrosis atau penurunan fungsi ginjal
|
T3
NO
|
IIIA
|
Tumor menyebar sepertiga bawah
vagina tapi tidak sampai ke dinding panggul
|
T3a N0
|
IIIB
|
Tumor menyebar
ke dnding panggul
|
T3b
atau T1, 2, 3a dengan N1
|
IV
|
Tumor telah menyebar keluar
panggul kecildan melibatkan mukosa rectum dan kandung kemih (dibuktikan
secara histologis) atau telah terjadi mestastasis keluar panggul atau ke
tempat-tempat yang jauh
|
T1, 2, 3a
dengan N1
|
IVA
|
Invasi mukosa
kandung kemih atau rektum
|
T4
semua N
|
IVB
|
Metastasis jauh
|
Semua T, semua
N M1
|
Tabel 2. Stadium kanker serviks menurut sistem FOGO
dan sistem TNM menurut AJCC
2.5
Etiologi
Penyebab utama timbulnya kanker serviks
adalah infeksi HPV (Human Papilloma Virus). Virus HPV akan menyerang
selaput di dalam mulut dan kerongkongan serviks serta anus. Apabila tidak
segera terdeteksi, infeksi virus HPV menyebabkan terbentuknya sel-sel prakanker
serviks dalam jangka panjang. Virus HPV terbagi menjadi 2 macam yaitu virus HPV berisiko rendah dan HPV
beresiko tinggi. HPV risiko rendah dapat
menyebabkan kutil pada kelamin dan virus HPV berisiko tinggi yang dapat
mengubah permukaan sel-sel vagina dan menyebabkan kanker serviks. Virus HPV
yang termasuk berisiko tinggi adalah HPV tipe 16, 18, 31,33 dan 45. Telah diidentifikasi sebanyak 20 tipe yang
menjadi penyebab kanker serviks, namun sebanyak 70% penyebab utama kanker
serviks disebabkan oleh virus HPV beresiko tinggi yaitu tipe 16 dan 18 (Dra. Hartati Nurwijaya, 2010).
2.5.1
Human Papilloma
Virus (HPV)
a.
Virus ditemukan
pada 98-99% kanker serviks
b.
Faktor-faktor
berikut menyebabkan peningkatan peluang pajanan HPV :
1)
Hubungan seksual
tanpa menggunakan pengaman
2)
Terlalu muda
saat pertama kali melakukan hubungan seksul
3)
Berganti-ganti pasangan
4)
Pasangan pria
beresiko tinggi
5)
Pajanan terhadap
PMS lain
6)
Merokok
Memiliki
kemungkinan dua kali lipat terkena kanker serviks dibandingkan mereka yang
tidak merokok.
7)
Infeksi HIV
Memiliki
sistem kekebalan tubuh yang kurang sehingga tidak dapat memerangi infeksi HPV
maupun kanker stadium awal (Geri Morgan, 2009).
2.6
Patofisiologi
Karsinoma serviks
adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel, berubah menjadi
neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau lebih.
Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa
stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan
akhirnya invasif.
Berdasarkan
karsinogenesis umum,proses perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh adanya
mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah onkogen, tumor supresor gen, dan repair gen. Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai
efek yang berlawanan dalam karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai
timbulnya transformasi maligna, sedangkan tumor supresor gen akan menghambat
perkembangan tumor yang diatur oleh gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel.
Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya
dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang
epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor
risiko lain seperti faktor perilaku: merokok dan alat kontrasepsi dalam rahim, umur pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah
kehamilan dan partus, jumlah perkawinan, higiene dan sirkumsisi; faktor biologis:
infeksi virus, genetik; faktor lain: lingkungan, sosial ekonomi, idiopatik, mengakibatkan
perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan
kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi
keganasan sel.
Berikut beberapa jenis
sel pemicu Ca Serviks :
a.
Neoplasia intraepitel serviks (CIN)
CIN menunjukkan sebagian sel dalam epitel
skuamosa serviks uteri menunjukkan heterotipia dengan derajat bervariasi,
setara dengan hiperplasia atipik dan karsinoma insitu yang dahulu digunakan. Dan menurut derajat patologisnya dibagi menjadi:
1) CIN I-hiperplasia
atipikal ringan
Yaitu 1/3 sel bagian bawah epitel skuamosa serviks sususnannya menjadi
kacau, polaritas lenyap, dismorfosis inti, hiperkromatosis, ukuran dan
morfologi inti tidak beratutan, kromatin bertambah, kasar, ratio
nukleositoplasma kacau, tampak mitosis atipikal.
2) CIN II-hiperplasia
atipikal sedang
2/3 bagian epitel
skuamosa mengalami hiperplasia atipikal, heterotopia sel jelas, mitosis banyak.
3) CIN III-hiperplasia atipikal berat dan karsinoma in situ
Hiperplasia atipikal berat menunjukkan hiperplasia atipikal mengenai 2/3
lebih lapisan epitel, hanya 1-2 lapis sel permukaan masih normal, mitosis
tampak di seluruh lapisan epitel, karsinoma in situ menunjukkan hiperplasia
atipikal menempati seluruh lapisan epitel skuamosa, tapi membran basal masih
intak, tanpa infiltrasi interstitial. Hiperplasia atipikal dan karsinoma in
situ sering kali mengenai glandular tubular uteri.
b.
Karsinoma mikroinvasif serviks uteri
Yaitu lesi karsinoma in situ serviks uteri
tlah menembus membran basal, menginvasi interstisial dengan kedalaman ≤ 5 mm dan lebar ≤ 7 mm.
Karsinoma
invasif serviks uteri dapat terjadi di ostium eksternal serviks uteri atau di
dalam kanal serviks, tapi umumnya timbul di daerah peralihan epitel skuamosa
dan epitel torak serviks uteri. Tipe patologik utama karsinoma invasif serviks
uteri adalah karsinoma sel skuamosa (90%), adenokarsinoma (5-7%), karsinoma
adenoskuamosa (2-5%).
Klasifikasi
makroskopik karsinoma sel skuamosa serviks uteri :
1) Tipe erosi
Bentuk luar serviks uteri masih terlihat, permukaan erosif atau granular,
mudah berdarah bila tersentuh, sering ditemukan pada karsinoma invasif stadium
dini.
2) Tipe nodular
Umumnya berasal dari serviks uteri atau dari ostium eksternal tumbuh ke dalam
kanalis servikalis atau permukaan serviks uteri berbentuk nodular atau
bongkahan. Bentuk ini sering menginvasi ke jaringa dalam, dapat menyebabkan
keseluruhan serviks menjadi kasar, membesar seperti tempayan, sering menginvasi
parametrium prognosis relatif buruk.
3) Tipe kembang kol
Tumor umumnya dari ostium eksternal serviks uteri tumbuh ke dalam vagina
berbentuk seperti kembang kol, pertumbuhan cepat, kaya vaskular, rapuh, mudah
berdarah, nekrosis, sering disertai infeksi. Tumor ini bermassa besar, invasi di serviks relatif
dangkal, dapat menginvasi vagina, tapi invasi ke parametrium relatif rendah,
prognosis relatif baik.
4) Tipe ulseratif
Tipe pertumbuhan ke dalam maupun ke luar, setelah terinfeksi dapat
menimbulkan tukak : pada ipe pertumbuhan ke dalam, tukak terletak dalam dapat
membentuk rongga, keseluruhan serviks uteri lenyap dan menyatu dengan pars
forniks vagina.
Diferensiasi karsinoma skuamosa
serviks uteri terbagi menjadi beberapa
tingkatan (grade), antara lain yaitu:
1) Karsinoma skuamosa deferensiasi baik (grade
I)
Sel besar, terdapat granul kreatin yang jelas, tampak jembatan antar sel,
heterotipia sel relatif ringan, mitosis relatif sedikit.
2) Karsinoma skuamosa diferensiasi sedang (grade
II)
Sel besar, heterotopia sel menonjol, mitosis relatif banyak, inti
hiperkromatosis dan bentuk tak teratur, jembatan antara sel tidak menonjol,
tanpa granul kreatin.
3) Karsinoma skuamosa diferensiasi buruk (grade
III)
Sel besar atau sel kecil, tak ada granul kreatin, tak ada jembatan antar
sel, bentuk sel abnormal dan mitosis banyak.
c.
Ademona serviks uteri
Adenoma serviks uteri timbul dari
epitel torak kanalis servikalis dan asinus yang memproduksi musin, morfologi
umum sama dengan karsinoma skuamosa. Tipe histologi adenoma serviks uteri mencakup:
1) Adenokarsinoma endoserviks
Adenokarsinoma
endoserviks berdiferensiasi baik sulit dibedakan dari epitel dan glandula
endoserviks normal, epitel tidak atipikal, hanya tampak glandula lebih banyak,
berekstensi lebih dalam ke interstitium serviks, jika produksi musin banyak
dapat tampak struktur adenokarsinomamusinosa, belakangan ini diketahui
prognosisnya buruk. Pada adenokarsinoma berdiferensiasi sedang sel-sel dan
duktus glandular lebih jelas atipikal, sekresi musin berkurang. Adenokarsinoma
berdiferensiasi buruk sel kankernya membentuk sarang-sarang padat, pita atau
lempengan , sangat jarang membentuk duktus glandular.
2) Adenoakantoma
Di dalam lesi kanker serviks dapat
ditemukan unsur epitel skuamosa normal di antara unsur adenokarsinoma.
3) Karsinoma sel jernih
serviks uteri
Tipe ini jarang ditemukan.
Timbul dari epitel kavum Mulleri dari mesoderm fetus. Perbedaan dari karsinoma
sel jernih adenokarsinoma duktus mesonefros tidak mengandung glikogen, juga
tidak mengandung musin. Sering timbul pada remaja, derajat keganasan tinggi,
prognosis tidak baik.
d.
Adenokarsinoma skuamosa serviks uteri
Pada lesi karsinoma serviks uteri,
dapat tampak unsur adenokarsinoma dan unsur karsinoma skuaosa jarang ditemukan, prognosis relatif buruk (Buku Ajar Onkologi Klinis, 2008).
Sebagian
besar pendereita kanker serviks adalah wanita
yang sudah menikah. Kehidupan seksual pertama yang terlalu dini dan mitra
seksual yang terlalu banyak berkaitan dengan kanker uteri. Hal ini terjadi
karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa.
Selain itu partner seks yang memiliki riwayat kanker penis atau punya riwayat
istrinya meninggal karena ca serviks akan meningkatkan resiko ca serviks.
Tembakau megandung bahan-bahan karsinogen
baik yang dihisap sebagai rokok atau sigeret yang dikunyah. Asap rokok
menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang sangat
karsinogen dan mutagen, sedang bila dikunyah ia menghasilkam nitrosamine. Bahan
yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada getah serviks wanita
perokok dan dapat menjadi ko karsinogen infeksi virus.
Hygine genital yang buruk dapat dijadikan
sebagai media yang baik untuk bakteri dan jamur, kalu sudah demikian maka
resiko infeksi pada organ genital akan meningkat, jika infeksi ini terus
berlangsung secara progresif akan mengivasi ke bagian genital yang lebih dalam,
maka akan terjadi proliferasi sel abnormal pada serviks.
HPV tergolong virus epiteliotropik, terbagi
menjadi HPV kutis dan HPV genital. HPV resiko tinggi adalah HPV 16, 18, 31, 33,
35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68.
HPV jenis ini berkaitan
erat dengan karsinoma serviks dan neoplasia intraepitel serviks uteri (CIN
II/II). Infeksi HPV ditularkan lewat hubungan kelamin umumya asimtomatik.
Genetik mempengaruhi ca serviks karena pada
seseorang yang mempunyai silsilah keluarga yang ada riwayat kanker, maka
seseorang itu berpotensi mengalami kanker khususnya ca cerviks karena susunan
genetik dalam tubuhnya yang telah mengalami mutasi dan dapat menjadi sel
abnormal pada serviks.
Sosial ekonomi rendah meningkatkan resiko
ca serviks karena wanita dengan ekonomi rendah dicakaukan dengan hubungan
seksual dan akses ke sistem pelayanan kesehatan yang sulit.
Seseorang yang terpapar lama di lingkungan
yang penuh debu, logam, bahan kimia, oli mesin dapat mengakibatkan terjadinya
mutasi gen yang akibanya akan terjadi perubahan bentuk stuktur protein dalam
sel.
(Moreta, Alberto,
2004).
Bila sudah terjadi proliferasi sel abnormal
pada serviks maka akan mengakibatakan beberapa hal sebagai berikut : perdarahan
pervaginum, sekret pervaginum, nyeri, anemia, penurunan BB yang drastis, lemas,
gangguan pada sistem urinalis dll.
Bila keganasan terus
menyebar dan menginvasi sampai ke pembuluh limfe, kanker dapat menyebar ke
pembuluh getah bening. Selain itu juga akan menyebar ke organ-organ lainnya
seperti ke vagina dan cavum uteri.
2.7
WOC
Etiologi
|
Faktor lingkungan,
sosial ekonomi, idiopatik
|
Faktor biologis-
infeksi virus (HPV), genetik
|
Faktor
perikalku-merokok, umur pertama kali berhubungan seksual, jumlah kehamilan
dan partus, jumlah perkawinan, higiene dan sirkumsisi
|
Profeliferasi sel abnormal
|
Neoplasma
|
Non neoplasma
|
Benigna
|
Kista
|
Radang
|
Maligna kanker
|
sel kolumnar
serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa
|
HPV 16, 18, 31,
33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68
|
Asap rokok
menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang
sangat karsinogen dan mutagen
|
Tembakau megandung
bahan-bahan karsinogen
|
Infeksi yang terus meluas
|
media yang baik
untuk bakteri dan jamur
|
Hygine genital
yang buruk
|
terjadinya mutasi
gen yang akibanya akan terjadi perubahan bentuk stuktur protein dalam sel
|
terpapar lama di lingkungan
yang penuh debu, logam, bahan kimia, oli mesin
|
susunan genetik
dalam tubuhnya yang telah mengalami mutasi
|
Genetik
|
Karsinoma (ca
serviks)
|
Stadium lanjut
|
Histerektomi
|
metastase
|
Pembedahan
|
Adenokarsinoma skuamosa serviks uteri
|
CIN
|
Maligna kanker
|
Adenokarsinoma serviks uteri
|
Karsinoma sel skuamosa invasif serviks
uteri
|
Karsinoma mikroinvasif serviks uteri
|
Penekanan kanker pada dinding serviks
|
Supresi sumsum tulang belakang
|
Kemoterapi
|
Ke organ lain
|
Penekanan saraf serviks
|
Nyeri
|
Trombositopenia
|
Perdarahan dari serviks
|
Kekurangan volume cairan
|
Mual muntah
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Rambut rontok, kulit kusam
|
Gangguan citra tubuh
|
Menjalar ke vagina
|
Disfungsi seksual
|
Menyebar ke atas ke Kavum uteri
|
Mengenai tuba terjadi perlengketan
|
Infertilitas
|
Ansietas
|
Menembus cavun uteri
|
Penyebaran kavum peritoneal
|
Dapat menekan ureter
|
Obstruksi ureter
|
Gangguan eliminasi urine
|
Limfogen
|
Penyebaran melalui limfe
|
Luka perdarahan
|
Nyeri
|
Jaringan terbuka
|
Resiko tinggi infeksi
|
2.8
Manifestasi Klinis
Manifestasi
klinis yang biasanya muncul pada klien dengan kanker serviks antara lain yaitu:
a.
Perdarahan bercak pasca koitus atau leukorea yang bercampur darah
sering merupakan tanda awal kanker serviks ulseratif.
b.
Metroragi merupakan tanda keganasan serviks invasive yang paling
sering.
c.
Ketidaknyamanan atau disfungsi kandung kemih atau rectum dan fistula
merupakan manifestasi klinis lanjut kanker serviks.
d.
Rasa sakit sering kali pada satu sisi dan menjalar ke pinggul, dapat
terjadi pada kanker lanjut ketika ureter tersumbat sebagian atau nervus
sakralis terkena tumor.
e.
Anemia, anoreksia, dan kehilangan berat badan merupakan tanda-tanda penyakit
keganasan lanjut (Ralph C. Benson, 2008).
f.
Kanker serviks mungkin asimtomatik, atau menimbulkan perdahanan
setelah berhubungan intim atau bercak-bercak darah di antara masa haid. Dapat
timbul rabas vagina yang berbau
(Corwin, 2009).
g.
Perdarahan vagina bersifat abnormal.
h.
Perdarahan dan sakit saat bersenggama, perdarahan setelah menopause,
perdarahan dan bercak darah antara periode menstruasi, periode mentruasi lebih
lama atau lebih berat dari biasanya, perdarahan saat pemeriksaan panggul (douching).
i.
Keputihan tidak
normal: lendir
kental, berwarna kuning atau kecoklatan, berbau busuk dan gatal.
2.9
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Pemeriksaan
Klinis
Anamnesis
termasuk keluhan dan tanda-tanda, seperti pendarahan, leukore, dan yang
berhubungan dengan penyebaran, pemeriksaan fisik dan ginekologik.
b.
Pemeriksaan
Fisik
1)
Umum
2)
Pemeriksaan
Ginekologis
c.
Pemeriksaan
Histologi
Diagnosis harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan histologi dengan cara sebagai berikut:
1)
Biopsi
diambil dari tumor primer pada jam 9 dan jam 3, diambil jaringan segar kemudian
dimasukkan ke dalam buffer formalin
2)
Sediaan
operasi, yaitu uterus dengan atau tanpa adneksa, KGB paraorta, iliaka komunis,
iliaka eksterna, interna, dan obturatoria
d.
Radiologik
e.
Pemeriksaan
Endoskopi (sistokopi dan rektoskopi)
f.
Laboratorium
Hasil dari
pemeriksaan fisik dan ginekologik adalah ditentukannya stadium klinik yang
bertujuan untuk menetapkan jenis pengobatan dan meramalkan prognosis.
2.10
Penatalaksanaan
Pasien dengan
kanker servis diterapi dengan pembedahan atau radiasi bersama dengan kemoterapi,
atau bisa disebut kemoradiasi. Pemilihan terapi yang digunakan disesuaikan
dengan keadaan atau kondisi pasien serta kecocokan tubuh pasien dengan terapi
yang digunakan.
Kemoterapi
dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan metastasis
extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang sebelum telah
ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon exenterasi.
Cisplatin telah
menjadi agen yang paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis
yang paling konsisten. Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi, terapi
cisplatin agen tunggal memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus,
dengan tambahan 16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide,
agen alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikan respon
total hingga 29% pada pasien kanker serviks; namun, efektivitas belum dapat
dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen lainnya yang memberikan paling tidak
aktivitas parsial terjadap kanker serviks termasuk carboplatin, doxorubicin
hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine sulfate, 5-fluorouracil,
methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine.
Kombinasi paling
aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung
cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin,
5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian
National Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk
membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi.
Efek samping
kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum dapat
menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi
dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause. Tetapi,
untuk klien yang masih muda, tidak disarankan melakukan kemoterapi karena dapat
mengakibatkan infertilitas.
Pembedahan
untuk mempertahankan indung telur mungkin lebih baik untuk wanita premenopouse
radiasi dan kemoterapi dapat menyebabkan disfungsi fagina dan dispareunia
(nyeri ketika melakukan kopulasi)
Ada
dua pilihan operasi : histerektomi untuk mengambil seluruh leher rahim dan
rahim, atau konisasi untuk hanya
mengambil bagian leher rahim yang terkena kanker. Histerektomi lebih sering
dilakukan pada kasus dengan pasien wanita menopouse sedangkan pada wanita yang
masih dalam masa subur lebih sering dilakukan konisasi agar masih memungkinkan
untuk hamil lagi.
Penatalaksanaan
khusus dilakukan apabila kasus kanker serviks terjadi pada ibu hamil. Jika
kehamilan masih muda, maka pengobatan kanker serviks dilakukan dengan cara
penyinaran. Biasanya dengan penyinaran ini akan terjadi abortus , namun jika
dalam empat minggu tidak terjadi abortus maka bayi harus tetap dikeluarkan
dengan histeroktomi. Karena anak akan cacat akibat radiasi sinar. Bila
kehamilan sudah besar hingga anak dapat hidup di dunia luar, anak dilahirkan
dengan seksio sesarea. Persalinan normal tidak dibenarkan mengingat kesukaran
dilatasi serviks dan kemungkina
pendarahan. penyinara dilakukan lagi 1-2 minggu setelah sesar.
Sedangkan
menurut FIGO penatalaksanaan kangker serviks dibedakan menurut statusnya yaitu
sebagai berikut.
Stadium
|
Penatalaksanaan
|
Stadium IA1
|
Histerektomi ekstrafasial. Bila fertilitas masih diperlukan dilakuan
konisasi dilanjutkan pengamatan lanjut.
|
Stadium IA2
|
a. Histerektomi radikal atau modifikasi (tipe 2)
dan limfadenektomi pelvis. Histerektomi ekstrafasial dan limfadenektomi
pelvis bila tidak ada invasi limfo vaskular3. Konisasi luas atau
trakhelektomi radikal dengan limfadenektomi laparoskopi, kalau fertilitas
masih dibutuhkan.
b. Radioterapi:
Radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A
75-80 Gy).
|
Stadium IBI/IIA
|
a. Hindari gabungan operasi dengan radiasi untuk
mengurangi morbiditas. Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis, ±
sampel KGB para-aorta2. Pada usia muda, ovarium dapat dikonservasi.
b. Terapi adjuvan kemoradiasi pasca bedah:
Dengan cisplatin ± 5-FU
bila ada faktor risiko KGB (+), parametrium (+), tepi sayatan (+)
c. Radioterapi:
Radiasi luar dan
brakiterapi (dosis di titik A 80-85 Gy)
|
Stadium
IB2/IIA > 4 cm
|
a. Kemoradiasi:
Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian cisplatin
40 mg/m2/minggu selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis
atau para-aorta (+) lapangan radiasi diperluas.
b. Operasi:
Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis
c. Neoadjuvan kemoterapi:
Cisplatin 3 seri diikuti histerektomi radikal
dan limfadenektomi pelvis
|
Stadium IIB,
III, IVA
|
a. Kemoradiasi:
Radiasi luar dan
brakiterapi serta pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu selama
radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para aorta (+) lapangan radiasi
diperluas
b. Eksenterasi:
Dapat dipertimbangkan
pada IVA bila tidak meluas sampai dinding panggul, terutama bila ada fistel
rektovaginal dan vesikovaginal
|
Stadium IVB
atau residif
|
Radiasi +
kemoterapi (cisplatin ± 5-FU). 50 Gy bila lesi mikroskopik dan 64-66 Gy pada
tumor yang besar2. Eksenterasi kalau proses tidak sampai dinding
panggul.
|
2.11
Komplikasi
Komplikasi
biasanya berkitan dengan efek dari intervensi pembedahan yang berkaitan dengan
teknik-teknik saat melakukan pembedahan. Komplikasi tersebut meliputi fistula
uretra, disfungsi kandung kemih, emboli pulmonal, limfosit, infeksi pelvis,
obstruksi usus besar dan fistula rektovaginal.
Sedangkan
komplikasi untuk terapi radiasi adalah reaksi kulit, sistitis radiasi, dan
enteritis. Sedangkan komplikasi usai kemoterapi bergantung pada kombinasi obat
yang digunakan. Efek samping yang sering terjadi seperti supresi sumsum tulang,
mual dan muntah karena pengaruh sisplatin pada kemoterapi (Gale Danielle, 2000).
2.12
Prognosis
Ketahanan
hidup penderita pada kanker serviks stadium awal setelah histerektomi radial
dan limfadenektomi pelvis tergantung pada beberapa faktor :
a.
Status
KGB
Penderita tanpa
metastasis ke KGB, 5-year survival rate (5-YSR)nya adalah 85-90%. Bila
didapatkan metastasis ke KGB maka 5-YSR 20-74 % tergantung pada jumlah, lokasi,
dan ukuran matastasis.
b.
Ukuran
tumor
Penderita dengan
ukuran tumor < 2 cm anga survival-nya 90% dan bila >2cm angka survivalnya-nya
menjadi 60%. Bila tumor primer > 4 cm angka survivalnya turun menjadi
40%. Analisis dari GOG terhadap 645 penderita menunjukkan 94,6% tiga tahun
bebas kanker untuk lesi yang tersembunyi. 85,5% untuk tumor < 3 cm, dan
68,4% bila tumor > 3 cm.
c.
Invasi
ke jaringan parametrium
Penderita dengan
invasi kanker ke parametrium memiliki 5-YSR 69% dibandingkan 95% tanpa invasi.
Bila invasi disertai KGB yang positif, maka 5-YSR turun menjadi 39-42%.
d.
Kedalaman
invasi
Invasi < 1 cm
memiliki 5-YSR sekitar 90%, dan akan turun menjadi 63-78% bila > 1 cm
e.
Ada
tidaknya invasi ke lymph-vascular space
Invasi
ke lymph-vascular space sebagai faktor prognosis masih menjadi
kontroversi. Beberapa laporan menyebutkan 50-70% 5-YSR bila didapatkan invasi
ke lymph-vascular spacedan 90% 5-YSR bila invasi tidak didapatkan. Akan
tetapi, laporan lain mengatakan tidak ada perbedaan dengan adanya invasi atau
tidak.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
3.1.1
Anamnesa
A. Data Dasar
Pengkajian data
dasar dilakukan dengan pengumpulan data dari pasien dan keluarga dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
a.
Data
pasien
Identitas
pasien, usia, status, perkawinan, pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis
kelamin, dan pendidikan terakhir.
b.
Keluhan
utama
Biasanya klien
datang dengan keluhan nyeri intra servikal dan disertai keputihan menyerupai
air.
c.
Riwayat
penyakit sekarang
Biasanya klien
pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium 3
dan 4 klien merasakan keluhan seperti perdarahan, keputihan, dan nyeri intra
servikal.
d.
Riwayat
penyakit dahulu
Data yang perlu
dikaji adalah riwayat abortus, infeksi paska abortus, infeksi masa nifas,
riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor, dan adanya keluarga yang
menderita kanker.
e.
Riwayat
obstetri
Apakah klien
punya anak? Jika iya berapa anaknya? Apakah anaknya masih hidup ? lahirnya pada
kehamilan ke berapa?
f.
Riwayat
penyakit keluarga
Mungkin ada
salah satu dari keluarga yang pernah menderita kanker.
g.
Riwayat
menstruasi
1)
Banyak
sedikitnya nya menstruasi, dan lama mentruasi
2)
Siklus
menstruasinya normal atau tidak ( normal 28 hari)
3)
Hari
Pertama Haid Terakhir (HPHT)
4)
Keluhan
saat mentruasi
h.
Riwayat
ginekologi
1)
Bagaimana
aktivitas seksualnya?
2)
Apakah
ada masalah selama berhubungan seksual?
3)
Adakah
nyeri saat berhubungan?
4)
Bagaimana
frekuensi urinnya? Apakah disuria, nokturia, urgensi, inkontinensia?
5)
Apakah
klien pernah keputihan? Kapan mengalami keputihan? Bagaimana warna, baud an
banyaknya? Sejak kapan mengalami
keputihan? Apakah sampai sekarang?
i.
Riwayat
penggunaan obat-obatan
Apakah
menggunakan obat-obatan kontrasepsi secara teratur?
j.
Keadaan
psiko-sosio-ekonomi dan budaya
Kanker serviks
sering dijumpai pada masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah yang berkaitan
erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi
imunitas tubuh, serta tingkat personal hygine terutama kebersihan daerah
urogenital.
B. Data Khusus
a.
Riwayat
Kebidanan
Riwayat paritas,
kelainan mentruasi, lama, jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan
dengan aktivitas, apakah darah keluar setelah koitus, dan pekerjaan yang
dilakukan sekarang.
b.
Pemeriksaan
Penunjang
Sitologi dengan
pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikogram, pemeriksaan visual langsung dan
gineskopi.
3.1.2
Pemeriksaan Fisik Ginekologis
a.
Tampilan
umum
Apakah klien
merasa sakit ringan atau lebih? Timbang BB, TB dan TD
b.
Pemeriksaan
payudara
Inspeksi
payudara apakah simetris atau ada benjolan?
c.
Periksa abdomnen
Inspeksi untuk
menilai adanya striae, jaringan parut, masa. Lakukan palpasi untuk mengetahui
nyeri tekan dan massa. Lakukan perkusi untuk mencari massa dan pekak berpindah.
d.
Periksa
Vagina
Pastikan
pendamping dan privasi. Inspeksi adanya benjolan, ulkus, secret dan prolaps
yang jelas. Periksa serviks, uterus, dan adneksa. Caranya: jelaskan pada klien
bahwa hal tersebut tidak nyaman tapi tidak nyeri, gunakan pelumas jari dan
tangan dibungkus sarung tangan, letakan tangan kiri ke simfisis pubis dan tekan
ke bawah kea rah panggul dengan perlahan.
e.
Pemeriksaan
speculum cuscoe
Inspeksi serviks
dan dinding dalam vagina.
f.
Speculum
sim
Inspeksi dinding
vagina jika diduga ada prolaps dengan posisi lateral kiri dan kaki ditekuk.
g.
Pemeriksaan
rectal
Pemeriksaan jika
ada prolaps dinding posterior dan adanya keganasan pada serviks.
3.2
Diagnosa Keperawatan
a.
Gangguan
perfusi jaringan (anemia) berhubungan dengan perdarahan intra servikal
b.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan
c.
Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan desakan pada jaringan intra servikal
d.
Kecemasan
berhubungan dengan terdiagnosis Ca. Serviks sekunder akibat kurangnya
pengetahuan tentang penyakit dan cara pengobatannya
e.
Resiko
tinggi terhadap gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
terhadap pemberian sitostastika.
3.3
Intevensi
a.
Gangguan perfusi
jaringan (anemia) berhubungan dengan perdarahan intra servikal
NOC :
1) Circulation status
2) Tissue Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
1) Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai
dengan :
a) Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang
diharapkan
b) Tidak ada ortostatikhipertensi
c) Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial
(tidak lebih dari 15 mmHg)
2) Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang
ditandai dengan:
a) Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan
kemampuan
b) Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
c) Memproses informasi
d) Membuat keputusan dengan benar
3)
Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial yang utuh yang ditandai dengan:
a) Tingkat kesadaran mambaik
b)
Tidak ada gerakan
gerakan involunter
NIC :
2) Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring (Monitor
tekanan intrakranial)
a) Berikan informasi kepada keluarga
b) Set alarm
c) Monitor tekanan perfusi serebral
d) Catat respon pasien terhadap stimuli
e) Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon
neurology terhadap aktivitas
f) Monitor jumlah drainage cairan serebrospinal
g) Monitor intake dan output cairan
h) Restrain pasien jika perlu
i) Monitor suhu dan angka WBC
j) Kolaborasi pemberian antibiotik
k) Posisikan pasien pada posisi semifowler
l) Minimalkan stimuli dari lingkungan
2) Peripheral Sensation Management (Manajemen
sensasi perifer)
a) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
b) Monitor adanya paretese
c) Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
kulit jika ada lsi atau laserasi
d) Gunakan sarun tangan untuk proteksi
e) Batasi gerakan pada kepala, leher dan
punggung
f) Monitor kemampuan BAB
g) Kolaborasi pemberian analgetik
h) Monitor adanya tromboplebitis
i) Diskusikan menganai penyebab perubahan
sensasi
b.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan
NOC
a)
Nutritional status: Adequacy of
nutrient
b)
Nutritional Status : food Albumin serum
c)
Weight Control
d)
and Fluid Intake
Kriteria Hasil
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan Selama 5x24 jam nutrisi kurang teratasi dengan
indikator:
a)
Pre albumin serum
b)
Hematokrit
c)
Hemoglobin
d)
Total iron binding apacity
e)
Jumlah
limfosit
NIC
1)
Kaji adanya alergi makanan
2)
Kolaborasi dengan ahli gizi
untukmenentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
3)
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4)
Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
5)
Monitor adanya penurunan BB dan gula
darah
6)
Monitor lingkungan selama makan
7)
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
8)
Monitor turgor kulit
9)
Monitor kekeringan, rambut kusam,
total protein, Hb dan kadar Ht
10)
Monitor mual dan muntah
11)
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
12)
Monitor intake nuntrisi
13)
Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
14)
Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
15)
Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
16)
Kelola pemberan anti emetic
17)
Anjurkan banyak minum
18)
Pertahankan terapi IV line
19)
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval
c.
Gangguan rasa
nyaman (nyeri) berhubungan dengan desakan pada jaringan intra servikal.
NOC
a)
Pain Level,
b)
pain control,
c)
comfort level
Kriteria Hasil:
Setelah
dilakukan tinfakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien tidak mengalami nyeri,
dengan kriteria hasil:
a)
Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
b)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri
c)
Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
e)
Tanda vital dalam rentang normal
f)
Tidak mengalami gangguan tidur
NIC :
1)
Lakukan pengkajian kembali nyeri
secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
2)
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3)
Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
4)
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
5)
Kurangi faktor presipitasi nyeri
6)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
7)
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
8)
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
9)
Tingkatkan istirahat
10)
Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
11)
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama kali
d.
Kecemasan
berhubungan dengan terdiagnosis Ca. Serviks sekunder akibat kurangnya
pengetahuan tentang penyakit dan cara pengobatannya.
NOC :
1)
Kontrol kecemasan
2)
Koping
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan asuhan selama 3x24
jam klien kecemasan teratasi dengan:
1)
Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas
2)
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
3)
Vital sign dalam batas normal Postur
tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
NIC :
1)
Anxiety
Reduction (penurunan kecemasan)
a)
Gunakan pendekatan yang menenangkan
b)
Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
c)
Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
d)
Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
e)
Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
f)
Libatkan keluarga untuk mendampingi
klien Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
g)
Dengarkan dengan penuh perhatian
h)
Identifikasi tingkat kecemasan
i)
Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
j)
Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
k)
Kelola pemberian obat anti cemas
e.
Resiko tinggi
terhadap gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan terhadap
pemberian sitostastika.
NOC:
1)
Body image
2)
Self esteem
Kriteria hasil:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan body image pasien teratasi
dengan:
1)
Body image positif
2)
Mampu mengidentifikasi kekuatan
personal
3)
Mendiskripsikan secara factual
perubahan fungsi tubuh
4)
Mempertahankan interaksi sosial
NIC
1)
Body image
enhancement
a)
Kaji secara verbal dan nonverbal
respon klien terhadap tubuhnya
b)
Monitor frekuensi mengkritik dirinya
c)
Jelaskan tentang pengobatan,
perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
d)
Dorong klien mengungkapkan
perasaannya
e)
Identifikasi arti pengurangan
melalui pemakaian alat bantu
f)
Fasilitasi kontak dengan individu
lain dalam kelompok kecil
3.4
Evaluasi
a.
Perfusi jaringan efektif (anemia)
hilang atau teratasi.
b.
Skala nyeri hilang atau berkurang.
c.
Nutrisi terpenuhi atau adekuat.
d.
Kecemasan menurun atau hilang.
e.
Tidak terjadi gangguan citra tubuh.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Jadi masalah
keperawatan yang dapat timbul akibat penyakit kanker serviks antara lain
gangguan perfusi jaringan (anemia), ketidakseimbangan nutrisi, gangguan rasa
nyaman (nyeri), kecemasan, dan resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh.
Dan dari masalah
keperawatan tersebut kita sebagai tenaga kesehatan dapat memfokuskan penanganan
terlebih dahulu pada masalah anemia.
4.2
Saran
Kanker serviks merupakan salah
satu penyakit keganasan yang diderita pada klien dengan gangguan sistem
reproduksi. Untuk itu, penting bagi tenaga kesehatan khususnya perawat untuk
mengerti dan lebih banyak mendalami asuhan keperawatan bagi klien dengan kanker
serviks.
DAFTAR PUSTAKA
Nurwijaya,
Hartati. (2010). Cegah dan Deteksi Kanker
Serviks. Yogyakarta: Alex Media Komputerindo.
Corwin, E. J. (2009). Buku Saku
Patofisiologi. Jakarta: EGC.
S., Imam Rasjidi. (2010). Epidemiologi
Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagubg Seto.
Geri Morgan, C. H. (2009). Obstetri
dan Ginekologi Panduan Praktikum Jilid 2. Jakarta: ECG.
Mulyani, D. (2010). Stop Kanker
Panduan Deteksi Dini dan pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker.
Jakarta: Mizan Publika.
Ralph C. Benson, M. L. (2008). Buku
Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Sastrawinata, Sulaiman. (2004). Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.
Suddarth, B. (2000). Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Desen, Wan. (2008). Buku Ajar Onkologi Klinis edisi 2.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Bobak, dkk. (2005). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Johnson & Taylor. (2005). Buku Ajar
Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC.
Marilynn E.D. & Maryn M. (2001). Rencana
Perawatan Maternal Bayi Edisi 2. Jakarta: EGC.
http://id.scribd.com/doc/135353595/Patofisiologi-CA-Cervix di akses 21 September 2013.
Moreta, Alberto. 2004. Cancer Prevention and Early
Diagnosis in Women. USA : Elsevier.
Smith HO,
Seung Jk. Epidemiology.In Hancocok BW, Newlands Es, Berkowitz Rs, Cole LA.
Gestational Trophoblastic Disease (Online Book). www. Isstd.org. accessedon 21
Sept 2013. Pp. 39-76.
Rasjidi, Imam. 2010. Epidemiologi
Kanker Pada Wanita. Jakarta : CV Sagung Seto.
Desen, Wan. 2008. Buku Ajar
Onkologi Klinis edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Bagian obstetric & ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. 1984. Obstetri
Patologi. Bandung : Elstar Offset
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC
Cunningham, F Garry, dkk. 1995.
Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Johnson & Taylor. 2005. Buku
Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam . 1998. Sinopsis
Obstetri, Jilid I. Jakarta : EGC
Taber Ben-Zion. 1994. Kedaruratan
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Mansjoer,
Arif, dkk. 2005. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : Media Aesbulapius Fakultas UI.
Underwood, J.CE. 1999. Patologi Umum dan Sistematik Edisi 2 Volume
2. Jakarta: EGC
Bagian SMF Obgin UNHAS. Pedoman Diagnosis dan Terapi.
Makssar. 1999
Ida Bagus G. M., Prof, dr. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB. EGC. Jakarta. 1998
Sarwono.Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
1997.